Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru Pendidikan Khusus/Penulis/Asesor/Narasumber

Guru Pendidikan khusus, Penulis Buku Panduan Guru Pengembangan Komunikasi Autis, aktivis pendidikan dan pecinta literasi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Apakah Kita Benar-benar Memilih Jalan Hidup Kita Sendiri?

21 Juli 2025   16:42 Diperbarui: 21 Juli 2025   16:42 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menikmati hidup (Sumber: freepik)

Kita menyebutnya pilihan, tapi benarkah itu milik kita sepenuhnya?

Kita hidup di zaman yang menjunjung tinggi kebebasan. Kita percaya bahwa kita adalah kapten dari kapal hidup kita sendiri, menentukan arah, membuat keputusan, dan memilih jalan mana yang akan kita tempuh. 

Tapi sebuah pertanyaan sederhana bisa menggoyahkan semua keyakinan itu: apakah benar semua itu pilihan kita sendiri?

Banyak orang merasa “merdeka” hanya karena bisa memilih jurusan kuliah, pekerjaan, atau pasangan hidup. Tapi jika kita gali lebih dalam, ada begitu banyak keputusan besar yang ternyata lebih merupakan hasil dari desakan halus (atau terang-terangan) dari orang tua, norma sosial, tekanan ekonomi, atau sekadar karena “begitulah seharusnya.” 

Maka timbul keraguan: kita hidup dalam kebebasan, atau sekadar menjalani hidup orang lain dengan baju kita sendiri?

Di Balik Pilihan, Ada Konstruksi Sosial

Coba ingat kembali, mengapa kamu memilih jurusan kuliahmu dulu? Karena kamu suka, atau karena katanya peluang kerjanya bagus? 

Baca juga: Di Balik Pita Merah

Mengapa kamu bekerja di tempat sekarang? Karena merasa berkembang, atau karena “sayang kalau resign”?  Mengapa menikah di usia sekian? Karena siap, atau karena takut ditanya terus saat lebaran?

Seringkali, keputusan yang kita anggap “pilihan pribadi” sebenarnya sudah disetir oleh template yang dibuat oleh masyarakat.

Kita dibesarkan dalam sistem yang (tanpa sadar) membisikkan bahwa sukses itu bekerja kantoran, menikah sebelum usia 30, punya rumah dan kendaraan pribadi. Siapa pun yang menyimpang, dianggap gagal atau aneh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun