Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru Pendidikan Khusus/Penulis/Asesor/Narasumber

Guru Pendidikan khusus, Penulis Buku Panduan Guru Pengembangan Komunikasi Autis, aktivis pendidikan dan pecinta literasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Siapa Bilang ABK Tak Bisa Berpikir Kritis?

6 Juli 2025   09:00 Diperbarui: 7 Juli 2025   15:25 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ABK dan kemampuan berpikir kritis (Sumber: freepik)

Selama ini, berpikir kritis sering dianggap sebagai keterampilan eksklusif bagi anak-anak dengan capaian akademik tinggi atau kemampuan kognitif unggul.  

Sementara itu, Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) kerap dilabeli hanya mampu mengikuti instruksi, menghafal, atau sekadar menyelesaikan tugas-tugas sederhana.

Lebih menyedihkan lagi, masih banyak orang tua, guru, bahkan pengambil kebijakan yang memandang kemampuan berpikir kritis sebagai sesuatu yang ‘tidak relevan’ untuk ABK.

Padahal, anggapan tersebut tidak hanya keliru,tetapi juga berpotensi membatasi perkembangan anak secara serius. Karena faktanya, ABK juga bisa berpikir kritis dengan caranya sendiri, pada tingkat dan kecepatan yang berbeda, namun tetap bermakna. 

Dengan pendekatan yang tepat, dukungan yang konsisten, dan lingkungan yang menghargai keunikan mereka, keterampilan berpikir kritis bisa tumbuh subur pada anak-anak luar biasa ini.

Membedah Mitos: “ABK Tidak Bisa Kritis”

Di banyak ruang kelas, kita masih menjumpai praktik pendidikan yang menyamakan "kritis" dengan "berdebat", atau menganggap bahwa anak yang mampu berpikir kritis harus bisa menyusun argumentasi verbal yang kompleks. Padahal, berpikir kritis tidak melulu soal kata-kata atau logika tinggi.

Bagi ABK, berpikir kritis bisa tampil dalam bentuk sederhana namun bermakna:

  • Memilih pakaian sesuai cuaca, bukan sekadar mengenakan yang disodorkan.
  • Menolak perintah yang dianggap tidak adil atau membuat tidak nyaman.
  • Bertanya tentang perubahan jadwal, atau menunjukkan ketidaksetujuan terhadap aturan yang tidak masuk akal menurut mereka.

Sayangnya, ekspresi kritis seperti itu justru sering dianggap "rewel", "tidak kooperatif", atau bahkan "membangkang". Inilah yang perlu diubah: mindset pendidik dan masyarakat tentang makna berpikir kritis itu sendiri.

Apa Itu Berpikir Kritis bagi ABK?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun