Anak Anda pulang dengan wajah muram, mulai enggan bercerita, dan tampak kehilangan semangat belajar? Bisa jadi ia sedang terjebak dalam pertemanan yang tidak sehat.
Tanpa kita sadari, pengaruh teman bisa jauh lebih kuat dari nasihat orang tua, apalagi jika anak belum mampu membedakan mana hubungan yang membangun dan mana yang merusak.
Melalui artikel ini mari kita lebih peka, mengenali tanda-tanda pertemanan toxic pada anak, dan memberikan strategi bijak untuk mendampingi mereka keluar dari lingkaran negatif itu.
Pertemanan, Pedang Bermata Dua
Pertemanan memainkan peran krusial dalam kehidupan anak. Dari teman, anak belajar bekerja sama, berbagi, hingga memahami dinamika sosial.
Namun, tidak semua pertemanan membawa pengaruh positif. Dalam beberapa kasus, justru temanlah yang menjadi sumber tekanan, luka batin, bahkan penurunan kepercayaan diri anak.
Istilah “toxic friendship” tak hanya berlaku untuk orang dewasa. Anak-anak dan remaja pun bisa menjadi korban dalam relasi yang tidak sehat ini.
Tanda-Tanda Anak Terjebak dalam Pertemanan Toxic
Salah satu tantangan terbesar orang tua adalah mengenali gejala awal dari hubungan pertemanan yang tidak sehat. Berikut beberapa tanda yang perlu diwaspadai:
- Perubahan emosi dan perilaku yang drastis: Anak tampak murung, lebih sering marah, atau tiba-tiba jadi pendiam.
- Menghindari aktivitas yang biasa disukai: Ia mulai enggan pergi ke sekolah atau ikut kegiatan ekstrakurikuler.
- Takut mengecewakan teman: Anak terlalu menuruti kehendak teman, bahkan mengorbankan diri sendiri.
- Sering diminta sesuatu yang tidak nyaman: Misalnya, anak kerap dimintai uang saku, bekal makanannya, atau bahkan dipalak.
- Jadi pesuruh tanpa alasan jelas: Anak sering disuruh melakukan hal-hal yang membuatnya tidak nyaman, tapi ia kesulitan menolak.
- Terlihat dikucilkan atau jadi korban ejekan halus: Seperti sering dibohongi, disindir, atau hanya dicari saat butuh saja.
- Hubungan dikendalikan oleh satu pihak: Temannya mengatur siapa yang boleh ditemui, dengan siapa boleh bermain, bahkan apa yang boleh disukai.
Mengapa Anak Bisa Terjebak?