Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru Pendidikan Khusus/Penulis/Asesor/Narasumber

Guru Pendidikan khusus, Penulis Buku Panduan Guru Pengembangan Komunikasi Autis, aktivis pendidikan dan pecinta literasi

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Jangan Biarkan Anak Terjebak Dalam Pertemanan Toxic

5 Juli 2025   18:15 Diperbarui: 5 Juli 2025   18:15 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak yang terjebak pertemanan toxic (Sumber: freepik)

Anak Anda pulang dengan wajah muram, mulai enggan bercerita, dan tampak kehilangan semangat belajar? Bisa jadi ia sedang terjebak dalam pertemanan yang tidak sehat.

Tanpa kita sadari, pengaruh teman bisa jauh lebih kuat dari nasihat orang tua, apalagi jika anak belum mampu membedakan mana hubungan yang membangun dan mana yang merusak. 

Melalui artikel ini mari kita lebih peka, mengenali tanda-tanda pertemanan toxic pada anak, dan memberikan strategi bijak untuk mendampingi mereka keluar dari lingkaran negatif itu.

Pertemanan, Pedang Bermata Dua

Pertemanan memainkan peran krusial dalam kehidupan anak. Dari teman, anak belajar bekerja sama, berbagi, hingga memahami dinamika sosial. 

Namun, tidak semua pertemanan membawa pengaruh positif. Dalam beberapa kasus, justru temanlah yang menjadi sumber tekanan, luka batin, bahkan penurunan kepercayaan diri anak. 

Istilah “toxic friendship” tak hanya berlaku untuk orang dewasa. Anak-anak dan remaja pun bisa menjadi korban dalam relasi yang tidak sehat ini.

Tanda-Tanda Anak Terjebak dalam Pertemanan Toxic

Salah satu tantangan terbesar orang tua adalah mengenali gejala awal dari hubungan pertemanan yang tidak sehat. Berikut beberapa tanda yang perlu diwaspadai:

  • Perubahan emosi dan perilaku yang drastis: Anak tampak murung, lebih sering marah, atau tiba-tiba jadi pendiam.
  • Menghindari aktivitas yang biasa disukai: Ia mulai enggan pergi ke sekolah atau ikut kegiatan ekstrakurikuler.
  • Takut mengecewakan teman: Anak terlalu menuruti kehendak teman, bahkan mengorbankan diri sendiri.
  • Sering diminta sesuatu yang tidak nyaman: Misalnya, anak kerap dimintai uang saku, bekal makanannya, atau bahkan dipalak.
  • Jadi pesuruh tanpa alasan jelas: Anak sering disuruh melakukan hal-hal yang membuatnya tidak nyaman, tapi ia kesulitan menolak.
  • Terlihat dikucilkan atau jadi korban ejekan halus: Seperti sering dibohongi, disindir, atau hanya dicari saat butuh saja.
  • Hubungan dikendalikan oleh satu pihak: Temannya mengatur siapa yang boleh ditemui, dengan siapa boleh bermain, bahkan apa yang boleh disukai.

Mengapa Anak Bisa Terjebak?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun