Ketika fajar menyingsing dan embun masih menetes di dedaunan, itulah saat terbaik untuk menata ulang niat dan menghidupkan hati.Â
Di waktu subuh yang sunyi dan penuh berkah, setiap insan diberi kesempatan untuk bermuhasabah; merenungi hidup yang telah dan akan dijalani. Sebab, sebagaimana beningnya embun pagi, hati yang jujur di hadapan Allah akan mampu memantulkan cahaya-Nya.Â
Maka, pagi ini, mari sejenak hening, menyapa jiwa yang mungkin telah lelah, dan membuka hari dengan niat untuk lebih dekat kepada-Nya.
Makna Embun Subuh: Kesegaran Batin di Awal Hari
Embun pagi bukan sekadar fenomena alam, ia adalah simbol kejernihan dan ketenangan yang turun di waktu terbaik. Di antara hiruk-pikuk kehidupan, embun mengajarkan kita untuk mulai dengan kelembutan, kesederhanaan, dan ketulusan.Â
Begitu pula dengan hati; ia perlu disegarkan setiap pagi agar tak beku oleh ambisi, iri, dan lelah dunia.
Subuh: Waktu Emas yang Terlupakan
Islam memuliakan waktu subuh sebagai salah satu saat yang paling diberkahi. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:
"Dirikanlah salat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelapnya malam dan (dirikanlah pula salat) Subuh. Sesungguhnya salat Subuh itu disaksikan (oleh malaikat)."Â (QS. Al-Isra: 78)
Tak hanya itu, Rasulullah SAW bersabda: