“Awalnya saya hanya ingin menyisihkan uang belanja yang tersisa. Tapi siapa sangka, dari serpihan kecil itu, saya belajar tentang kemandirian, ketenangan, dan bahkan kebaikan.”
Saya masih ingat betul, waktu pertama kali diajak teman membuka Tabungan Emas Pegadaian, saya cuma nyengir sambil bilang, “Duh, kayaknya itu buat orang berduit, bukan buat guru biasa kayak saya.”
Tapi teman saya cuma senyum dan jawab santai, “Nabungnya mulai dari sepuluh ribu, kok. Sama kayak beli gorengan tiga biji.”
Saya langsung bengong.
Emas, Harapan Kecil yang Tertanam Diam-diam
Setelah percakapan itu, saya iseng ke Pegadaian. Ternyata benar; saya bisa buka rekening tabungan emas hanya dengan nominal kecil.
Saat itu, saya cuma setor Rp50.000. Tapi rasanya… ada sesuatu yang berubah di hati saya.
Mungkin karena saya sadar: saya sedang menabung, bukan sekadar menyimpan uang receh di celengan, tapi dalam bentuk aset. Sesuatu yang bisa bernilai lebih dari sekadar angka.
Saya mulai rutin menyisihkan sisa belanja dan bahkan kembalian warung. Sedikit-sedikit, saya cicil.
Lama-lama, tabungan emas saya tumbuh. Dan anehnya, saya jadi lebih semangat menabung. Kayak lagi main game, tiap naik level; ada rasa puas sendiri.