Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru Pendidikan Khusus/Penulis/Asesor/Narasumber

Guru Pendidikan khusus, Penulis Buku Panduan Guru Pengembangan Komunikasi Autis, aktivis pendidikan dan pecinta literasi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ketika 'Bodo Amat' Jadi Bentuk Self Care Paling Bijak

6 Juni 2025   13:15 Diperbarui: 6 Juni 2025   13:15 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hidup damai (Sumber: freepik/jcomp)

Sikap ini bukan bentuk ketidakpedulian, tapi lebih kepada self boundary, batas emosional yang kita bangun demi menjaga kewarasan diri. Cuek yang sehat adalah langkah sadar untuk tetap peduli… pada hal yang penting dan benar-benar berdampak pada hidup kita.

'Bodo Amat' Sebagai Self Care

Apa hubungannya 'bodo amat' dengan self care? Banyak.

Ketika kita terlalu peduli pada omongan orang, standar hidup orang lain, atau ekspektasi sosial yang tak ada ujungnya, kita sedang memberi makan monster stres dalam diri sendiri. Di saat itulah "bodo amat" menjadi perisai.

Dengan bersikap bodo amat secara bijak, kita bisa mengurangi beban pikiran dari komentar, kritik, atau perbandingan yang tidak membangun, menjaga fokus pada tujuan pribadi tanpa terus-menerus menengok kehidupan orang lain serta melindungi kesehatan mental, karena tidak semua hal perlu kita simpan di kepala dan hati.

Self care bukan cuma soal mandi pakai bath bomb atau journaling di kafe estetik. Kadang, self care adalah menolak ikut drama yang bukan urusan kita dan berhenti ngintip kehidupan orang sampai lupa mengevaluasi hidup sendiri.

Antara Cuek, Kepo, dan Jadi ‘Amat Bodo

Ada garis tipis antara bodo amat yang bijak dan amat bodo yang bikin geleng-geleng kepala. Sayangnya, di era digital saat ini, kita sering kebablasan. 

Alih-alih fokus pada hidup sendiri, banyak orang justru terlalu sibuk mengurus hidup orang lain. Setiap unggahan dikomentari, setiap keputusan orang lain dinilai, seolah-olah punya sertifikat kehidupan paling sah.

Kebiasaan kepo dan ikut campur urusan orang lain ini sering dibalut dalih “peduli” atau “cuma pengin tahu.” Padahal, terlalu ingin tahu bisa berubah jadi toxic curiosity, dan ujung-ujungnya kita jadi “amat bodo”. 

Bukan hanya dalam arti tidak tahu apa-apa, tapi juga tidak tahu batas, tidak tahu etika, bahkan tidak tahu kapan waktunya diam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun