Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru Pendidikan Khusus/Penulis/Asesor/Narasumber

Guru Pendidikan khusus, Penulis Buku Panduan Guru Pengembangan Komunikasi Autis, aktivis pendidikan dan pecinta literasi

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Pikul Beban, Tetap Jalan, Demi Pensiun Impian

2 Juni 2025   18:49 Diperbarui: 2 Juni 2025   18:49 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Generasi Sandwich (Sumber: freepik)

Meski kondisi terasa pelik, pensiun tetap bisa menjadi kenyataan; asal disusun dengan perencanaan dan strategi yang matang. Menurut Rista Pratiwi, seorang perencana keuangan bersertifikat, kunci utama bagi generasi sandwich adalah disiplin alokasi keuangan jangka panjang.

"Banyak yang merasa belum cukup uang untuk menabung pensiun. Padahal, menabung tak selalu harus besar, tapi harus konsisten dan dimulai sedini mungkin," ujarnya.

Dalam praktiknya, mulai dari menyisihkan 10% pendapatan per bulan untuk dana pensiun, memanfaatkan DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan), hingga berinvestasi di emas atau reksa dana bisa menjadi langkah nyata.

Strategi Bertahan dan Menyusun Masa Depan

1. Tetapkan prioritas keuangan secara sadar. Pisahkan antara ‘kewajiban moral’ dan ‘kemampuan aktual’. Tidak semua permintaan keluarga harus dipenuhi jika mengorbankan masa depan sendiri.

2. Siapkan dana darurat. Dana ini wajib ada, minimal 6 bulan pengeluaran, agar tidak selalu mengandalkan utang saat krisis datang.

3. Literasi keuangan adalah bekal hidup.
Pelajari investasi, proteksi asuransi jiwa dan kesehatan, serta alokasi pensiun. Jangan menunda karena merasa masih muda.

4. Libatkan anggota keluarga. Jangan ragu berdiskusi dengan pasangan, anak, dan bahkan orang tua tentang kondisi keuangan yang realistis. Transparansi bukan berarti durhaka, tapi bagian dari tanggung jawab bersama.

Refleksi Personal: Saya Juga Generasi Sandwich

Saya menulis artikel ini bukan sebagai pengamat dari luar pagar, tapi sebagai pelaku langsung.

Sebagai guru sekaligus ibu tiga anak, saya menjadi tulang punggung. Membagi waktu dan tenaga antara mendampingi ayah saya yang sakit-sakitan, serta memenuhi kebutuhan sekolah anak-anak yang terus naik tiap tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun