Ketika guru hadir dengan hati dan niat mendidik, anak-anak akan tumbuh dengan semangat. Mereka tidak lagi merasa sekolah itu beban.Â
Mereka belajar dengan gembira, berkembang sesuai potensi, dan tumbuh menjadi pribadi yang utuh; bukan hanya pintar secara akademik, tetapi juga tangguh secara emosional.
Sebaliknya, jika guru hanya hadir untuk menggugurkan jam, menyalin soal, dan memberi tumpukan tugas, maka yang kita hasilkan adalah generasi yang kelelahan, kehilangan arah, dan menjauh dari semangat belajar.Â
Kita bukan hanya menyia-nyiakan waktu mereka, tapi juga menghancurkan harapan mereka secara perlahan.
Saatnya Refleksi Diri
Menjadi guru bukan sekadar profesi, tetapi amanah. Kita digaji untuk mengajar, bukan hanya hadir dan memberi tugas.Â
Kita dititipi masa depan anak-anak, dan itu bukan beban; itu kehormatan. Maka, mari kita jujur pada diri sendiri: Apakah saya benar-benar mengajar hari ini, atau hanya menggugurkan kewajiban?
Mendidik adalah seni, sekaligus panggilan jiwa. Anak-anak kita pantas mendapatkan yang terbaik.Â
Jangan biarkan mereka belajar dari tugas, tapi belajarlah bersama mereka dalam perjalanan hidup yang menyenangkan. Dengan begitu tak hanya pemahaman akademik yang mereka dapatkan tapi pendidikan karakter yang membentuk mereka menjadi sosok yang gemar belajar.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI