5. Berikan Pilihan
Anak suka merasa punya kendali. Daripada memerintah, tawarkan pilihan: “Kamu mau sikat gigi dulu atau ganti baju dulu?”
6. Konsisten dan Jadi Teladan
Anak lebih mendengar apa yang kita lakukan dibandingkan apa yang kita ucapkan. Jadi, pastikan kita juga mencontohkan perilaku baik secara konsisten.
Ilustrasi Nyata: Kasus "Gadget Time"
Rina, ibu dua anak, dulu kerap melarang anaknya main HP dengan nada tinggi. Tapi anaknya justru menyembunyikan HP di balik bantal.
Lalu ia mencoba pendekatan baru: memberi jadwal waktu bermain HP, menjelaskan alasannya, dan memberikan pilihan aktivitas alternatif. Hasilnya? Anak justru lebih kooperatif dan terbuka.
Jadi? Larangan Boleh, Tapi Cara Menyampaikan Lebih Penting
Melarang anak bukan hal yang salah. Tapi cara kita menyampaikan larangan bisa berdampak besar pada hubungan dan respon anak.
Saat kita memilih untuk berkomunikasi dengan empati, memberi alasan, dan menyediakan alternatif, anak pun lebih mudah memahami batasan.
Ingat, menjadi orang tua adalah proses belajar seumur hidup dan setiap langkah kecil menuju komunikasi yang lebih baik adalah investasi besar bagi masa depan anak.