Pendidikan akhlak menjadi pilar utama. Dalam salah satu kisah, ketika anaknya hendak mencuri kelapa karena lapar, Haji Agus Salim tidak serta-merta marah. Ia menjelaskan makna amanah dan keadilan, membuat anaknya paham bahwa "perut kosong tak membenarkan mencuri".
Merdeka Berpikir dan Berdialog
Salah satu hal paling menarik dari pola asuh Haji Agus Salim adalah "ruang diskusi" yang ia buka dengan anak-anak. Ia tidak menutup pertanyaan, bahkan yang kontroversial.Â
Anak-anak diajak berpikir kritis, membedakan yang benar dan salah dengan nalar dan nurani. Ia memperlakukan anak-anak sebagai individu utuh yang punya pandangan dan hak untuk berbicara.
Dalam keluarga Salim, tidak ada larangan untuk bertanya. Justru dari sana muncul semangat belajar dan rasa ingin tahu.Â
Anak-anak belajar tidak hanya dari buku, tetapi dari dialog hangat dengan sang ayah yang menjadikan rumah sebagai sekolah pertama dan terbaik.
Kedisiplinan dalam Kesederhanaan
Meskipun hidup sederhana, keluarga Haji Agus Salim sangat disiplin. Anak-anak diajak bertanggung jawab atas tugas harian, belajar tepat waktu, dan tidak menggantungkan hidup pada orang lain.Â
Mereka dibesarkan dengan semangat kerja keras, bukan kemanjaan. Bahkan dalam kondisi sulit, tidak ada keluhan. Yang ada adalah rasa syukur dan semangat untuk terus belajar.
Kedisiplinan ini bukan berasal dari aturan keras, melainkan dari kesadaran nilai. Anak-anak tumbuh memahami bahwa waktu adalah amanah, dan belajar adalah bagian dari ibadah.
Ilmu Dunia dan Akhirat Berjalan Beriringan