Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru Pendidikan Khusus/Penulis/Asesor/Narasumber

Guru Pendidikan khusus, Penulis Buku Panduan Guru Pengembangan Komunikasi Autis, aktivis pendidikan dan pecinta literasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru Wajib Paham! Ini 5 Faktor Penentu Keberhasilan Pembelajaran Mendalam

11 April 2025   08:00 Diperbarui: 11 April 2025   09:56 2553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pembelajaran Mendalam dan Interaktif (Sumber: freepik/pressfoto)

“Mengajar bukan sekadar mentransfer ilmu, tapi menggugah kesadaran dan membentuk cara berpikir.”

Mengapa Anak Nilainya Bagus, Tapi Tak Tahu Cara Menggunakannya?

Pernahkah kita sebagai guru merasa heran, mengapa siswa yang tampaknya “pintar” saat ujian ternyata kebingungan saat menghadapi tantangan nyata? Apakah mungkin selama ini kita terlalu fokus mengejar target materi, tetapi lupa memfasilitasi pemahaman yang bermakna?

Itulah mengapa pembelajaran mendalam menjadi sangat penting. Bukan tren baru, bukan metode instan. 

Ini adalah perubahan cara pandang kita terhadap proses belajar itu sendiri. Dari sekadar tahu menjadi benar-benar paham dan mampu mengaitkannya dengan dunia nyata.

Namun, implementasi pembelajaran mendalam bukan perkara mudah. Perlu kesiapan mental, desain yang tepat, dan sensitivitas terhadap kebutuhan murid. Lalu, apa saja faktor yang menentukan keberhasilannya?

1. Mindset Guru: Dari Pengajar Menuju Fasilitator

Pembelajaran mendalam dimulai dari guru. Bukan lagi sebagai satu-satunya sumber ilmu, melainkan fasilitator yang membuka ruang eksplorasi. Guru tidak perlu tahu semua jawaban, tetapi perlu tahu bagaimana memandu siswa menemukan jawabannya sendiri.

Sikap terbuka terhadap ide, sabar dalam proses berpikir siswa, dan fleksibel terhadap dinamika kelas adalah kunci utama.

2. Desain Pembelajaran yang Kontekstual dan Bermakna

Materi yang disampaikan secara lepas dari realita kehidupan akan mudah dilupakan. Siswa butuh kaitannya dengan dunia nyata. Maka, rancanglah pembelajaran yang kontekstual, terhubung dengan kehidupan sehari-hari, budaya lokal, atau isu global yang sedang hangat.

Contohnya, pelajaran matematika tak hanya soal rumus, tapi juga bisa dikaitkan dengan pengelolaan keuangan pribadi atau perhitungan biaya usaha kecil.

3. Pertanyaan Pemantik yang Menggugah Rasa Ingin Tahu

Hindari pertanyaan yang jawabannya bisa dicari di Google dalam lima detik. Mulailah dengan pertanyaan yang menggelitik dan memancing rasa ingin tahu siswa. Misalnya:

  • “Mengapa negara maju tetap memiliki kemiskinan?”
  • “Bagaimana jika semua orang di dunia memiliki pekerjaan yang sama?”

Pertanyaan seperti ini mendorong siswa berpikir, berdiskusi, dan mencari tahu dari berbagai sudut pandang.

4. Lingkungan Belajar yang Aman dan Inklusif

Siswa hanya akan bisa berpikir bebas jika merasa aman dan tidak dihakimi. Maka, bangunlah suasana kelas yang mendorong rasa hormat, empati, dan saling mendukung.

Terutama bagi siswa dengan kebutuhan khusus, keberhasilan pembelajaran mendalam sangat tergantung pada keterbukaan ruang belajar yang menghargai keberagaman kemampuan dan cara belajar.

5. Refleksi dan Umpan Balik yang Bermakna

Refleksi bukan hanya tugas akhir pelajaran. Ini adalah momen siswa menyadari apa yang ia pelajari, mengapa itu penting, dan bagaimana itu akan berguna.

Sebagai guru, kita perlu memberikan umpan balik yang membangun, bukan hanya menilai benar-salah. Ajak siswa berdialog tentang proses belajarnya, bukan sekadar hasil akhirnya.

Tantangan? Pasti Ada, Tapi Bukan Penghalang

Tentu saja, realita di lapangan tidak semulus teori. Waktu terbatas, kurikulum padat, murid pasif, dan sarana prasarana yang belum optimal sering menjadi tantangan. Tapi bukan berarti mustahil.

Mulailah dari hal kecil: satu aktivitas yang dimodifikasi, satu pertanyaan reflektif, satu pendekatan baru. Dari situlah transformasi bisa terjadi.

Mari Jadi Bagian dari Guru yang Meninggalkan Jejak

Pembelajaran mendalam bukan sekadar teknik mengajar. Ini adalah jalan menuju perubahan cara belajar dan berpikir siswa. Dan perubahan itu dimulai dari kita, para guru.

“Jika ingin siswa menjadi pemikir, maka kita pun harus berpikir lebih dalam tentang cara kita mengajar.”

Siap jadi bagian dari guru yang meninggalkan jejak pemahaman mendalam pada siswa?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun