Contohnya, pelajaran matematika tak hanya soal rumus, tapi juga bisa dikaitkan dengan pengelolaan keuangan pribadi atau perhitungan biaya usaha kecil.
3. Pertanyaan Pemantik yang Menggugah Rasa Ingin Tahu
Hindari pertanyaan yang jawabannya bisa dicari di Google dalam lima detik. Mulailah dengan pertanyaan yang menggelitik dan memancing rasa ingin tahu siswa. Misalnya:
- “Mengapa negara maju tetap memiliki kemiskinan?”
- “Bagaimana jika semua orang di dunia memiliki pekerjaan yang sama?”
Pertanyaan seperti ini mendorong siswa berpikir, berdiskusi, dan mencari tahu dari berbagai sudut pandang.
4. Lingkungan Belajar yang Aman dan Inklusif
Siswa hanya akan bisa berpikir bebas jika merasa aman dan tidak dihakimi. Maka, bangunlah suasana kelas yang mendorong rasa hormat, empati, dan saling mendukung.
Terutama bagi siswa dengan kebutuhan khusus, keberhasilan pembelajaran mendalam sangat tergantung pada keterbukaan ruang belajar yang menghargai keberagaman kemampuan dan cara belajar.
5. Refleksi dan Umpan Balik yang Bermakna
Refleksi bukan hanya tugas akhir pelajaran. Ini adalah momen siswa menyadari apa yang ia pelajari, mengapa itu penting, dan bagaimana itu akan berguna.
Sebagai guru, kita perlu memberikan umpan balik yang membangun, bukan hanya menilai benar-salah. Ajak siswa berdialog tentang proses belajarnya, bukan sekadar hasil akhirnya.
Tantangan? Pasti Ada, Tapi Bukan Penghalang