Seiring dengan dihapuskannya Ujian Nasional (UN) dan digantikannya dengan tes kompetensi akademik, sistem evaluasi pendidikan di Indonesia mengalami perubahan besar.Â
Tes akademik yang baru tidak lagi berfokus pada hafalan, tetapi menekankan pemahaman konseptual, literasi, numerasi, serta kemampuan berpikir kritis dan analitis.Â
Dalam menghadapi perubahan ini, metode pembelajaran mendalam (deep learning) menjadi strategi utama agar siswa dapat sukses dalam ujian yang lebih menantang ini.
Transformasi Evaluasi Akademik: Dari Hafalan ke Pemahaman
Sebelumnya, banyak siswa mengandalkan hafalan untuk menghadapi UN, di mana soal-soalnya sering kali berbentuk pilihan ganda dengan jawaban yang bisa ditebak dari materi yang telah dipelajari.Â
Namun, tes kompetensi akademik yang baru mengharuskan siswa untuk benar-benar memahami konsep, menganalisis informasi, dan menerapkannya dalam berbagai konteks kehidupan nyata.
Soal-soal dalam tes ini kini lebih berbasis studi kasus, menuntut pemecahan masalah, dan mengukur sejauh mana siswa mampu mengaitkan konsep dari berbagai disiplin ilmu.Â
Misalnya, dalam soal matematika, siswa tidak hanya ditanya rumus, tetapi juga bagaimana menerapkannya dalam situasi sehari-hari. Sementara itu, dalam tes literasi, siswa diminta menganalisis teks dan memberikan argumen berdasarkan bacaan, bukan sekadar menemukan informasi eksplisit dalam paragraf.
Apa Itu Pembelajaran Mendalam?
Pembelajaran mendalam adalah metode yang menekankan pemahaman menyeluruh daripada sekadar menghafal. Pendekatan ini mendorong siswa untuk:
- Memahami konsep secara menyeluruh dan tidak hanya mengingat fakta.
- Menghubungkan berbagai konsep dari mata pelajaran yang berbeda.
- Berpikir kritis dan analitis, bukan sekadar mencari jawaban instan.
- Menerapkan ilmu dalam konteks nyata, sehingga lebih relevan dengan kehidupan.
Menurut seorang pendidik dari Jakarta, Dr. Aisyah Rachmawati, metode ini telah terbukti membantu siswa lebih siap menghadapi ujian modern.Â