"Pernahkah Anda melihat seorang anak tiba-tiba menarik diri dari keramaian, diam di sudut ruangan, atau menutup telinga saat diajak bicara? Bukan karena tidak sopan atau malas bersosialisasi, bisa jadi, ia sedang kelelahan secara sosial."
Interaksi sosial bagi sebagian anak adalah sumber keceriaan, namun bagi sebagian lainnya, bisa menjadi pemicu stres dan kelelahan. Terutama bagi anak berkebutuhan khusus (ABK), konsep yang disebut sosial energi menjadi kunci penting dalam memahami dinamika mereka dalam kehidupan sehari-hari.
Apa Itu Sosial Energi?
Sosial energi adalah kapasitas seseorang untuk memberi, menerima, dan mengelola interaksi sosial. Sama seperti energi fisik, sosial energi bisa habis, turun, atau meningkat tergantung situasi dan kondisi.
Pada anak berkebutuhan khusus, sosial energi tidak bisa disamaratakan. Ada yang antusias saat berinteraksi, ada yang cepat merasa lelah di tengah keramaian, dan ada pula yang hanya mampu bersosialisasi dalam waktu dan konteks tertentu.Â
Memahami hal ini adalah langkah awal menciptakan pendekatan yang empatik.
Ragam Sosial Energi Anak Berkebutuhan Khusus
Anak dengan Energi Sosial Tinggi
Mereka tampak aktif, suka menyapa, dan senang bertemu orang baru. Namun, tantangan muncul ketika mereka kesulitan mengenali batasan personal atau membaca isyarat sosial orang lain.-
Anak dengan Energi Sosial Rendah
Mereka mudah lelah saat harus bersosialisasi. Sering kali, mereka disalahpahami sebagai anak yang tidak ramah, pemalu, atau tidak kooperatif, padahal mereka hanya membutuhkan ruang untuk recharge. -
Fluktuatif & Kontekstual
Tidak sedikit ABK yang menunjukkan pola sosial energi yang naik-turun, tergantung situasi, siapa yang mereka temui, atau bahkan kondisi emosional dan fisik mereka hari itu.
Apa Saja yang Mempengaruhi Sosial Energi ABK?