Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru Pendidikan Khusus/Penulis/Asesor/Narasumber

Guru Pendidikan khusus, Penulis Buku Panduan Guru Pengembangan Komunikasi Autis, aktivis pendidikan dan pecinta literasi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dilema Anak Rantau Menjelang Lebaran, Mudik atau Tetap di Perantauan?

27 Maret 2025   13:00 Diperbarui: 27 Maret 2025   12:07 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Video Call dengan Keluarga (Sumber: freepik.com)

Mudik bukan hanya soal waktu, tetapi juga soal biaya. Tiket transportasi melonjak drastis menjelang Lebaran, apalagi untuk perjalanan antar pulau berbeda. Belum lagi biaya oleh-oleh, uang untuk keluarga, dan pengeluaran lainnya.

Banyak anak rantau atau keluarga di perantauan yang harus menimbang-nimbang:
- Apakah gaji cukup untuk pulang dan tetap bertahan setelahnya?
- Apakah lebih baik uangnya ditabung untuk kebutuhan yang lebih mendesak?
- Apakah ada cara lain untuk tetap merayakan Lebaran tanpa harus mudik? 

Salah satu saudara saya mengatakan bahwa ia ingin sekali pulang, tapi tiket pesawat mahal sekali. 

"Namanya pulang sekeluarga, biayanya lebih besar juga. Apalagi kondisi perekonomian sedang kurang baik, jika uang dipakai untuk mudik ada kekhawatiran bulan depan kehabisan modal usaha dan malah mengalami kesulitan keuangan," ungkapnya penuh kesedihan.

Tanggung Jawab dan Kewajiban yang Mengikat

Tak semua anak rantau punya keleluasaan untuk mengambil cuti. Beberapa profesi, seperti tenaga medis, pekerja pabrik, dan pegawai di sektor tertentu, harus tetap bekerja saat Lebaran.

Bahkan ada yang sudah membeli tiket, tetapi harus membatalkannya karena tugas mendadak. Mereka harus berbesar hati menerima bahwa tahun ini, suasana Idulfitri harus dirasakan di tempat kerja atau di kamar kos yang sepi.

Dian, Seorang tenaga medis di Bandung Tahun ini harus bertugas di hari Lebaran. "Rasanya berat, tapi ini tanggung jawab dari profesi yang aku jalani," kata Dian selanjutnya. 

Hal tersebut membuat ia takemingkinkan untuk pulang kampung saat hari raya. "Bisa jadi pulang H+2 atau H+3, itupun tak lama. Apalagi jika kondisi perjalanan macet. Jadinya capek di jalan saja. Masih mempertimbangkan baiknya pulang kapan," lanjutnya.

Alternatif Perayaan Lebaran di Perantauan

Merayakan hari raya tanpa tradisi berkumpul bersama keluarga memang tak mudah. Pastinya ada hal-hal yang dirasa kurang ataupun hilang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun