Ketika Kehidupan Menguji, Haruskah Kita Berhenti?
Sebagai seorang guru honorer, saya terbiasa hidup sederhana dan mengatur keuangan sebaik mungkin. Namun, kehidupan sering kali memberi ujian yang tak terduga.
Suatu hari, anak sulung saya mengalami kecelakaan yang menyebabkan patah tulang. Tidak hanya sekali, ia harus menjalani operasi sebanyak empat kali. Dua kali di Tasikmalaya dan dua kali di RSO Dr. Suharso, Surakarta. Setelah itu, ia juga harus menjalani fisioterapi selama kurang lebih dua tahun.
Di tengah kesulitan tersebut, saya dihadapkan pada tantangan besar bagaimana membiayai semua pengobatan yang tidak sedikit? Dengan penghasilan sebagai guru honorer yang terbatas, mencari solusi keuangan yang cepat dan aman menjadi sebuah keharusan.
Menggadaikan Perhiasan: Awal dari Perjuangan Baru
Dalam kebingungan, saya akhirnya memutuskan untuk menggadaikan perhiasan yang saya miliki. Keputusan ini bukan hal yang mudah, tetapi saya percaya bahwa ini adalah langkah terbaik demi kesembuhan anak saya.
Beruntung, proses di Pegadaian sangat cepat dan mudah. Saya mendapatkan dana yang cukup dalam waktu singkat, tanpa harus menghadapi prosedur yang berbelit-belit seperti di bank. Dengan dana tersebut, saya mulai membiayai pengobatan anak saya.
Namun, saya sadar bahwa uang itu akan habis jika hanya digunakan untuk biaya medis. Maka, saya mencari cara agar dana tersebut bisa berkembang dan menjadi sumber penghasilan jangka panjang.
Mengubah Modal Menjadi Usaha: Kredit Sembako dan Pakaian di Kampung
Dengan sisa uang yang ada, saya mulai berpikir untuk berjualan. Saya membeli sembako dan pakaian dalam jumlah kecil, lalu menawarkan sistem kredit kepada para tetangga di kampung. Mereka bisa mengambil barang dan membayarnya secara mencicil setiap minggu.
Awalnya, saya khawatir apakah usaha ini akan berjalan lancar. Namun, saya tetap berusaha dengan penuh tekad. Alhamdulillah, banyak pelanggan yang berlangganan dan usaha saya mulai berkembang.