Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru Pendidikan Khusus/Penulis/Asesor/Narasumber

Guru Pendidikan khusus, Penulis Buku Panduan Guru Pengembangan Komunikasi Autis, aktivis pendidikan dan pecinta literasi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sharenting: Upayakan untuk "Share" Hanya yang "Penting"

5 Februari 2025   12:07 Diperbarui: 6 Februari 2025   06:59 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Fenomena Sharenting

Di era digital, membagikan momen berharga anak di media sosial telah menjadi kebiasaan banyak orang tua. Fenomena ini dikenal sebagai "sharenting" gabungan dari kata sharing (berbagi) dan parenting (mengasuh anak). 

Namun, sudahkah kita benar-benar mempertimbangkan dampak dari setiap unggahan yang kita bagikan?

Sebagai bentuk kesadaran akan pentingnya perlindungan privasi anak, bagaimana jika kita mendefinisikan ulang sharenting sebagai "Share hanya yang penting"? 

Dengan kata lain, orang tua tetap bisa berbagi, tetapi dengan filter ketat agar tidak membahayakan anak. Pastinya parents hebat setuju dong ya?

Bahaya di Balik Sharenting Berlebihan

Beberapa orang tua tanpa sadar membagikan terlalu banyak informasi tentang anak mereka, seperti:

  • Foto anak saat mandi atau berpakaian minim.
  • Nama lengkap, tanggal lahir, dan lokasi sekolah.
  • Keluhan tentang kebiasaan atau perilaku anak.
  • Foto anak yang memperlihatkan emosi ekstrem (menangis, marah, atau ketakutan).

Meskipun niatnya baik, unggahan seperti ini dapat berdampak negatif, di antaranya:

1. Rentan Dieksploitasi oleh Pihak Tidak Bertanggung Jawab

Data anak yang tersebar bisa dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan siber, termasuk pencurian identitas hingga tindakan lebih berbahaya seperti eksploitasi anak.

2. Merusak Privasi dan Masa Depan Anak

Foto dan cerita yang kita anggap lucu mungkin akan memalukan bagi anak di masa depan. Beberapa kasus bahkan menunjukkan anak tumbuh dengan rasa tidak nyaman karena jejak digital yang ditinggalkan orang tua mereka.

3. Membentuk Persepsi Negatif tentang Diri Anak

Unggahan yang membahas kebiasaan buruk atau kekurangan anak bisa memengaruhi harga diri mereka. Anak-anak berhak memiliki kendali atas narasi tentang diri mereka sendiri.

Jika kita menggunakan filter ketat dengan hanya "Share hanya yang Penting", tentunya kita akan terhindar dari berbagai dampak negatif tersebut.

Memfilter konten sebelum membagikan memiliki banyak manfaat, seperti:

- Melindungi privasi dan keamanan anak
- Menghindari eksploitasi digital
- Menjaga harga diri dan psikologis anak
- Membantu anak mengembangkan batasan digital yang sehat

Lalu, apa saja sebenarnya yang boleh di-share?

- Foto anak yang menunjukkan pencapaian positif (misalnya, saat memenangkan lomba atau melakukan aktivitas kreatif).
- Momen keluarga yang inspiratif tanpa mengungkap data pribadi anak.
- Cerita atau pengalaman yang bisa memberi wawasan bagi para orang tua lain tanpa melibatkan privasi anak secara langsung.

Tips & Trik Sharenting yang Aman

Jika ingin tetap berbagi momen tentang anak, berikut beberapa cara bijak agar tetap aman dan bermanfaat yang dirangkum dari berbagai sumber:

1. Gunakan Filter Privasi

Pastikan hanya orang-orang terpercaya yang dapat melihat unggahan Anda dengan membatasi audiens di pengaturan privasi.

2. Hindari Membagikan Data Sensitif

Jangan pernah mengunggah foto akta kelahiran, kartu identitas, atau informasi detail tentang lokasi anak.

3. Minta Izin Anak

Jika anak sudah cukup besar, tanyakan apakah mereka nyaman dengan unggahan tersebut. Ajari mereka tentang batasan digital sejak dini.

4. Pikirkan Dampak Jangka Panjang

Sebelum mengunggah, tanyakan pada diri sendiri: "Apakah anak saya akan nyaman melihat ini saat mereka dewasa?" Jika ragu, lebih baik tidak mengunggah.

5. Gunakan Platform yang Lebih Aman

Alih-alih media sosial terbuka, pertimbangkan untuk membagikan momen anak di grup keluarga atau album digital pribadi.

Fenomena sharenting sebaiknya tidak dilakukan secara sembarangan. Mari mendukung gerakan "Share hanya yang penting" demi menjaga privasi, keamanan, dan kehormatan anak di dunia digital.

Jadilah orang tua bijak di era digital! Tidak semua hal perlu dibagikan ke publik, "hanya yang penting yang patut di-share".

Jadi, masih mau asal sharenting atau mulai menerapkan "share hanya yang penting?"

Semoga bermanfaat!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun