Mohon tunggu...
Nuning Listi
Nuning Listi Mohon Tunggu... Wiraswasta - ibu rumah tangga

Seorang ibu rumah tangga biasa yang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ubah Prespektif, Jadilah Lebih Baik

15 Agustus 2022   09:10 Diperbarui: 15 Agustus 2022   09:17 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulan ini adalah Bulan Agustus; satu bulan dimana kita merayakan kemerdekaan kita, lepas dari penjajahan Belanda. Kemerdekaan ini diperoleh (dan dipertahankan) dengan sangat sulit, karena melalu proses perjuangan luar biasa dari seluruh komponen masyarakat dari Sabang sampai Merauke. 

Tentu kita ingat beberapa pahlawan dari Aceh seperti Cut Nya' Dien sampai pahlawan dari Makassar dan Maluku, Sultan Hasanudin dan Patimura.

Kita juga kenal dengan beberapa pemuda yang gigih mendesak pasangan Soekarno Hatta untuk segera mendeklarasikan Indonesia untuk merdeka. 

Kadang mungkin kita lupa dengan peran Frans Kasiepo yang berusaha untuk memasukkan Papua kedalam wilayah Indonesia dalam konperensi Malino. 

Tak dilupakan jasa Pangeran Diponegoro, para santri di Jawa Timur dan penduduk Surabaya yang mempertahankan kemerdekaan dari Belanda dengan membonceng Sekutu.

Sehingga apa yang kita peroleh sekarang; negara yang dapat mengakomodir kebebasan kita, memfasilitasi Pendidikan, Kesehatan dan cita-cita anak-anak kita adalah juga perjuangan segenap komponen masyarakat untuk mewujudkannya. 

Memang ada beberapa oknum yang tidak sepenuhnya tulus mengabdi untuk kebaikan seluruh negeri, semisal masih adanya praktek korupsi, penyuapan, praktek yang tak seharusnya di Lembaga-lembaga negara. 

Namun seiring waktu dan kemajuan teknologi dimana orang bisa saja memberikan kesaksian berupa gambar dan narasi, maka di masa datang seharusnya kita berharap praktek-praktek seperti itu bisa diminimalisir.

Namun yang paling menyedihkan dari itu semua adalah adanya ancaman disintegrasi dari dalam masyarakat sendiri berupa intoleransi. 

Intoleransi banyak kita dapati di sector Pendidikan, di banyak Lembaga negara dan keluarga-keluarga yang mendapat paparan intoleransi dari guru atau mentor yang salah. 

Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa beberapa pondok pesantren dan Lembaga intelektual yang terpapar intoleransi. Baru-baru ini ada seorang mahasiswa di Jawa Timur yang diciduk aparat karena terbukti menjadi partisan kelompok ISIS sampai mengumpulkan dana untuk mereka.

Kenyataan ini memang sangat menyedihkan bagi negara kita, mengingat hal sudah kita lampaui untuk mewujudkan Indonesia merdeka. Yang menyedihkan lagi mereka seakan tidak bisa menerima kenyataan bahwa kita punya banyak perbedaan; entah itu bahasa, etnis, keyakinan dan sebagainya. 

Intoleransi dan kemudian radikalisme membuat ini menjadi parah. Sehingga muncul bom tiga gereja di Surabaya, bom di beberapa kota di Indonesia serta bom Bali dan Jakarta.

Peringatan 77 tahun kemerdekaan kita kali ini mungkin bisa kita jadikan momentum untuk memperbaiki prespektif terhadap bangsa dan negara. 

Energi intoleran dan pemecah sebaiknya kita alihkan pada hal yang lebih realistis ; mewujudkan Pendidikan yang baik untuk generasi muda. Berusaha membantu mereka memecahkan masalah mereka dan lain sebagainya sehingga kitab isa lebih produktif dan maju.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun