Mohon tunggu...
Nastiti Cahyono
Nastiti Cahyono Mohon Tunggu... Editor - karyawan swasta

suka menulis dan fotografi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mari Berketuhanan dan Berkebudayaan

23 Februari 2020   04:07 Diperbarui: 23 Februari 2020   04:05 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Toleransi Harga Mati - clipart.com

"Marilah kita di dalam Indonesia merdeka yang kita susun ini, sesuai dengan itu, menyatakan: bahwa prinsip kelima daripada negara kita ialah ketuhanan yang berkebudayaan, ketuhanan yang berbudi pekerti luhur, dan ketuhanan yang hormat-menghormati satu sama lain".

Kalimat diatas merupakan cuplikan pidato presiden Soekarno pada 1 Juni 1945. Dalam pidato tersebut disinggung tentang berketuhanan dan berkebudayaan. Dua kata tersebut harus saling berdampingan dan sejalan seiring. Dalam berketuhanan juga harus berkebudayaan.

Agama yang ada di Indonesia pada dasarnya sangat menghargai dan menghormati budaya lokal yang ada. Agama tidak pernah memusuhi ataupun berusaha untuk menguasai. Dan akultarasi antara agama dan budaya, bisa kita lihat dalam setiap peninggalan budaya masa lalu. Baik itu yang tertinggal dalam bentuk arsitektur bangunan ataupun adat istiadat.

Di era milenial ini, kombinasi antara berketuhanan dan berkebudayaan, nampaknya mulai kurang sejalan. Banyak orang berteriak tentang agama, tapi seringkali tidak mengedepankan budaya. Praktek berketuhanan dan berkebudayaan, seringkali dicampur dengan kepentingan-kepentingan yang tidak semestinya. Ketika tahun politik, banyak orang menggunakan agama untuk meraih dukungan, tapi seringkali melupakan cara-cara yang berbudaya. Akibatnya, hate speech dan persekusi seringkali kita temukan.

Kebencian yang muncul mulai melebar kemana-mana. Bahkan, Pancasila yang menjadi dasar negara ini, juga mulai dipersoalkan oleh pihak-pihak yang menebar kebencian. Pancasila dianggap kafir. Padahal, agama dan Pancasila merupakan hal yang saling bertolak belakang. Bisa dibilang, mempersoalkan Pancasila dan agama adalah salah alamat. Kenapa? Pancasila merupakan hasil pemikiran manusia. Sedangkan agama berasal dari Allah SWT yang diturunkan kepada para Nabi.

Namun meski saling berbeda, keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat dan tidak bertentangan. Sila pertama Pancasila berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa. Itu artinya, agama merupakan dasar dari Pancasila itu sendiri. Pancasila tidak pernah menghapus agama. Pancasila juga tidak pernah mempersoalkan agama. Pancasila justru merangkul keberagaman agama yang ada di Indonesia.

Dalam setiap agama yang ada di Indonesia, semuanya mengajarkan tentang kebaikan. Saling menghargai dan tolong menolong. Semuanya juga mengedepankan toleransi antar umat Bergama. Cara-cara tersebut merupakan bentuk perilaku yang berbudaya. Di Indonesia, banyak sekali nilai-nilai kearifan lokal yang merupakan bagian dari budaya itu sendiri. Karena itulah berketuhanan dan berkebudayaan haru sejalan seiring dalam setiap ucapan dan tindakan. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun