Ideologi transnasional makin sering diperbincangkan baik di ranah agama maupun ranah negara. Beberapa pihak menengarai bahwa ideologi transnasional ini mulai menyebar dan mempengaruhi banyak pihak di Indonesia.
Ideologi transnasional memang istilah yang penting. Dia dipahami sebagai istilah bagi gerakan politik internasional yang ingin mengubah tatanan dunia berdasar ideologi fundamentalis, radikal dan sangat puritan.
Istilah-istilah yang ini dalam pengertian umum menunjuk pada cara pandang dan ideologi yang berusaha mendirikan sebuah tatanan dunia baru yang didasarkan pada kekuasaan atas nama Tuhan (hakimiyyah Allah) dan bersikap eksklusif. Mereka menyebutnya Nizam Islami (Sistem Islam). Di dalamnya aturan-aturan keagamaan (syari'ah)- tentu saja menurut tafsir mereka- dan tunggal wajib diberlakukan bagi semua wilayah kekuasaannya yang mendunia itu. Mereka menolak kekuasaan manusia. Menurut mereka aturan-aturan manusia telah menyingkirkan kekuasaan Tuhan. Ideologi ini dengan begitu menentang negara bangsa (nation state).
Pemahaman-pemahaman itu kemudian medorong tindakan-tindakan kekerasan yang dilakoni dengan banyak cara misalnya teror, memaksakan kehendak dan mengkafirkan selain mereka atau yang berbeda dengan mereka. Sekarang mereka juga mengembangkan pengaruh dengan budaya, misalnya dengan berbusana yang seharusnya menurut agama.
Gerakan ini sebenarnya mungkin perlu kita cermati dan menangkalnya dengan apa yang sudah kita lakukan sebagai warga negara Indonesia yang penuh keberagaman. Masyarakat Indonesia terbiasa dengan toleransi dan pemahaman akan perbedaan sejak dari lahirnya. Nyaris di semua wilayah di Indonesia ada perbedaan. Suku, agama, bahasa dan lain-lain.
Gotong royong, toleransi dalam perbedaan adalah hal penting bagi rakyat  dan negara kita. Satu kampung, satu desa, satu kecamatan, satu kabupaten dan Indonesia sebagai negara penuh dengan perbedaan yang patut kita hargai. Kebaragaman dan toleransi adalah kearifan lokal yang menjadi 'harta'berharga bagai masyarakat dan negara.
Kita tidak terbiasa dengan ideologi atau budaya yang seragam, misalnya semua orang bisa berbahasa Jawa. Karena ada ratusan bahasa misal bahasa Madura, minang, papua, bali dll. Justru dengan perbedaan itu kita menjadi kita menjadi kuat. Para pembentuk negara kita (the founding fathers) juga peduli dengan perbedaan ini dan mereka mengubah piagam Jakarta dalam Pancasila. Pancasila mengakomodir perbedaan sebagai kekayaan negara.
Karena itu jika kita menghadapi ideologi transnasional, kita harus mengingat akar kita berbangsa dan bernegara yaitu toleransi. Itu adalah kearifan lokal kita untuk membendung bahaya ideologi transnasional.