Mohon tunggu...
nuning christiana
nuning christiana Mohon Tunggu... guru

saya pribadi yang introvert tetapi saya tidak membatasi diri untuk bergaul dengan orang orang yang membawa pengaruh positif bagi kehidupan saya. hobi traveling dan kuliner

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dilema Generasi Z: Menelusuri Pergeseran Etika Anak Muda Di Tengah Arus Digital

14 Oktober 2025   20:46 Diperbarui: 14 Oktober 2025   20:46 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber:stockcake.com)

Karakter yang baik tidak hanya tentang tidak berbuat buruk, tetapi juga tentang kemampuan merasakan (empati). Dan inilah yang paling banyak terkikis oleh interaksi berbasis layar.

1. Kehilangan Konteks Emosi

Saat berkomunikasi hanya melalui teks, kita kehilangan intonasi, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh. Generasi Z terbiasa berinteraksi tanpa perlu membaca sinyal emosional. Akibatnya, mereka sulit memahami kedalaman penderitaan atau kegembiraan orang lain. Mereka menjadi kurang peka dan cenderung menganggap masalah orang lain sebatas meme atau konten yang lewat.

2. Kesenjangan Dunia Nyata

Waktu yang seharusnya digunakan untuk bermain bersama, berdiskusi tatap muka, atau terlibat dalam kegiatan sosial di lingkungan nyata kini direbut oleh layar. Padahal, interaksi langsung adalah gymnasium terbaik untuk melatih toleransi, kerjasama, dan penyelesaian konflik secara dewasa. Karakter terbentuk bukan dari unggahan, tetapi dari gesekan dan interaksi di dunia nyata.

Bagian 3: Solusi yang Mendesak: Menanamkan "Kompas Moral" Digital

Kita tidak bisa memutus sambungan internet, tetapi kita bisa melengkapi mereka dengan kompas moral yang kuat.

1. Etika Digital sebagai Kurikulum Wajib

Sekolah dan keluarga harus menjadikan Etika Digital sebagai mata pelajaran utama. Ini bukan sekadar belajar cara pakai gawai, melainkan:

  • Membahas Jejak Digital (Digital Footprint) dan konsekuensinya di masa depan.
  • Mengajarkan Tanggung Jawab Konten, yaitu berhenti menyebarkan hoaks atau ujaran kebencian.
  • Mempraktikkan Sikap Kritis terhadap informasi di internet, bukan langsung menelan mentah-mentah.

2. Orang Tua dan Guru sebagai 'Duta' Karakter

Anak muda meniru apa yang mereka lihat. Guru dan orang tua harus menjadi model etika digital yang baik. Tidak ada gunanya mengajarkan kejujuran jika orang tua sendiri menyebar hoaks di grup chat atau guru lalai dalam etika online. Kuncinya adalah pendampingan aktif dan diskusi terbuka tentang dilema moral yang mereka hadapi di media sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun