Mohon tunggu...
Sam Nugroho
Sam Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Notulis, typist, penulis konten, blogger

Simple Life Simple Problem

Selanjutnya

Tutup

Film

Pengamalan Nilai-nilai Pancasila dalam Film Lima

19 Juni 2018   15:49 Diperbarui: 19 Juni 2018   16:03 1409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: kumparan.com

Akhir-akhir ini isu soal kebhinekaan dan agama di kehidupan sosial berhembus sangat kencang sekali. Tak jarang, isu ini bisa memecah silaturahmi yang telah terjalin selama ini. Perfilman Indonesia belakangan sedang bangkit dengan film-film yang berkualitas. Salah satu hal yang patut diacungi jempol adalah sebuah film yang mengangkat soal keberagaman. 

Merayakan hari lahirnya Pancasila pada 1 Juni yang lalu sekaligus bertepatan dengan bulan Ramadan tahun 2018, Indonesia disuguhi sebuah film yang bertemakan tentang kebhinekaan yang mengangkat dasar negara bangsa yaitu Pancasila. Kita ketahui bersama jika Pancasila terdiri dari lima sila. Menariknya dalam film yang berjudul LIMA ini juga ikut dikaitkan tentang sesuatu yang serba lima hal. Mulai dari keterlibatan lima orang sutradara dengan lima jalan cerita dan penokohan serta disebut-sebut juga ada lima orang yang menjadi pengisi lagu (original soundtrack) pada film tersebut.

Sumber: kumparan.com
Sumber: kumparan.com
Pertama, debut film ini ternyata digarap oleh tangan-tangan jenius dengan nama sineas seperti Lola Amaria, Tika Pramesti, Shalahuddin Siregar, Adriyanto Dewo, dan Harvan Agustriansyah. Kelima film maker tersebut mengkombinasikan taste dan gaya penyutradaraan mereka masing-masing menjadi sebuah film utuh yang bernafaskan tema Pancasila yang lekat dalam kehidupan sehari-hari yaitu mengenai konsep Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, permusyawaratan, dan keadilan sosial.

Kedua, kelima tokoh yang berperan dalam film bergenre drama tersebut memiliki porsi conflict of interest (konflik kepentingan) masing-masing. Film LIMA bercerita bagaimana Fara (Prisia Nasution), Aryo (Yoga Pratama), Adi (Baskara Mahendra) yang baru saja kehilangan Ibunda tercinta mereka Maryam. Sang Ibu yang diperankan oleh Tri Yudiman hanya muncul sesekali dalam film.

Mengingat mendiang Ibu mereka adalah seorang Muslim, sementara hanya Fara, kakak sulung perempuan satu-tatunya yang memiliki keyakinan sama. Kedua adik laki-lakinya Aryo dan Adi memeluk Nasrani. Bayangkan ketika Ibu mereka dimakamkan menuai polemik dari ketiga saudara laki-laki dan perempuan tersebut. Alhasil sempat terjadi perdebatan tentang jenazah ibu mereka yang akan dikebumikan dari sudut pandang agama anaknya masing-masing. Polemik tersebut bisa diselesaikan dengan cara yang damai melalui jalan bermusyawarah.

Pemeran Aryo dalam Film LIMA (dok. Kapanlagi)
Pemeran Aryo dalam Film LIMA (dok. Kapanlagi)
Masalah justru muncul ketika Ibunda mereka telah tiada. Berbeda ketika Ibunda mereka masih hidup. Fara menghadapi masalahnya sendiri dengan profesinya sebagai seorang pelatih atau coach. Konflik dalam bathinnya terjadi ketika akan menentukan atlet mana yang harus dikirim ke Pelatnas Asian Games dengan tidak membedakan unsur etnis ke dalam penilaian.

Kemudian Aryo, anak kedua yang harus keluar dari pekerjaan karena telah berbeda visi dan misi dengan rekan bisnisnya dan dalam kekalutannya justru diliputi kegamangan ketika sebagai ahli waris harus terlibat ke dalam urusan warisan yang ditinggalkan oleh Ibunda mereka. Adapula Adi, si bungsu yang kerap mengalami perundungan dan seketika digugah sisi humanisnya karena dengan kepala dan matanya sendiri menyaksikan peristiwa yang tidak beradab.

Tak hanya ketiga tokoh kakak beradik saja, pemeran Ijah sang asisten Rumah Tangga (Dewi Pakis) pun diam-diam ternyata memiliki persoalan pelik yang tak jauh berbeda dari mereka. Demi melepas kerinduan dengan anaknya, Ijah memutuskan untuk pulang ke kampung halaman. Namun takdir berkata lain kedua anaknya justru dihadapkan pada kasus hukum yang tak seberapa tapi hingga diseret ke pengadilan. Di sini terlihat kemana larinya hati nurani sebagai seorang manusia. Sering keadilan tak berpihak pada rakyat kecil seperti mereka.

Poster film / jadwalnonton.com
Poster film / jadwalnonton.com
Spirit Pancasila Bagi Generasi Muda

Menurut saya film ini bagai oase atas jawaban generasi muda yang belum paham betul tentang makna Pancasila dan bagaimana memahami serta mengamalkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pun generasi sebelumnya untuk kembali bercermin dan merenung untuk kembali membuka memori lama mereka akan arti Pancasila sebagai tonggak perjuangan yang akan dilanjutkan untuk generasi anak cucu mereka kelak.

Perubahan cerita yang bergulir dari sila pertama hingga sila kelima pada film LIMA cenderung halus dan nyaris tak dibuat-buat. Saya berani menjamin penonton pun akan terbawa suasana dan berpikir kritis pada penyelesaian dari masing-masing sila tersebut tanpa perlu dibumbui konflik yang berlebihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun