Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Temper Tantrum, Benarkah karena Anak Manja?

5 Desember 2022   14:39 Diperbarui: 7 Desember 2022   13:00 790
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (SHUTTERSTOCK)

MENGAMUK, AKIBAT ANAK TERLALU DIPERHATIKAN

Berteriak. berguling. Tipikal temper tanrum. Anak manjakah?

Sita adalah seorang gadis kecil yang manis. Sayangnya, bila keinginannya tidak terpenuhi, ia suka menangis dan menjerit sambil mengguling-gulingkan badannya di atas tanah. 

"Tentu saja saya menjadi bingung sendiri," ungkap Nyonya R, ibu Sita yang terbilang berkecukupan dalam materi. 

Saat menangis sambil histeris, Sita begitu sulit ditangani kecuali sang ibu dan berjanji mengabulkan permintaan Sita.

Kasus yang sering terjadi juga pada anak seusia 2-4 tahun tersebut lazim disebut gejala amuk atau yang dikenal dalam ranah psikologi sebagai temper tantrum

Amuk merupakan manifestasi dorongan keinginan mandiri namun terhambat oleh berbagai sebab (misalnya kondisi fisik dan psikologis memang masih amat kecil), dan sikap negatif terhadap lingkungan sekitar.

Perilaku amuk dapat berupa menangis histeris, menahan nafas, membenturkan kepala ke dinding sambil melihat figur lekatnya (misal ibu), mengguling-gulingkan badan di atas tanah, melemparkan benda-benda yang berada di dekatnya, dan sebagainya.

Pelbagai Sebab 

Memang ada beberapa macam hal yang berpeluang menjadi penyebab, mengapa seorang anak mengamuk

Kesulitan komunikasi, misalnya lingkungan keluarga sulit memahami keinginan anak, bisa menyebabkan anak ngambek dan melakukan perilaku amuk. Anak frustrasi karena gagal mengungkapkan maksudnya pada lingkungan.

Kondisi fisik yang lelah juga dapat memicu anak melakukan perilaku amuk. Anak yang kelelahan akan mengalami kesulitan mengendalikan emosinya. Bila orangtua melakukan perintah kecil sekalipun, anak akan mengamuk. 

Atau, saat anak asyik bermain, dan tiba-tiba ibu memaksa anak untuk berhenti tanpa "pendekatan persuasif", akan menyebabkan anak merasa terancam otoritas kehendaknya sendiri dan marah. 

Akibatnya, anak melakukan perilaku amuk sebagai ungkapan protes atas intervensi orangtua yang terlalu masuk pada "wilayah pribadinya".

Orangtua yang terlalu penuntut, misalnya menargetkan tugas-tugas yang terlalu sulit bagi anak, juga akan memicu anak melakukan perilaku amuk. Amuk di sini sebagai manifestasi ketidakberdayaan anak (unhelplesness) menghadapi tugas dari orangtuanya.

Bisa pula, anak yang terlalu diperhatikan dan selalu dipenuhi keinginannya, akan melakukan perilaku amuk ketika keinginannya tidak dipenuhi lingkungan. 

Permintaan anak yang serba mendadak (Jawa: sak dheg sak nyet) dan harus dipenuhi saat itu juga, bila selalu diluluskan orangtuanya, akan memicu perilaku amuk manakala keinginan tidak dipenuhi. Akibatnya, perilaku amuk digunakan anak sebagai senjata untuk menodong pemenuhan kebutuhannya.

Tangani dengan Bijak 

Dorongan mandiri yang gagal adalah saat anak ingin serba mudah menentukan keinginannya sendiri. Frustrasi muncul saat ia menghadapi kenyataan, bahwa ia membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya tersebut. 

Perilaku amuk, ibarat senjata pamungkas untuk memaksa lingkungan memenuhi keinginan anak.

Menghadapi kondisi demikian, dibutuhkan sikap bijak dari para orangtua. Bila orangtua justru marah dan emosional saat anak mengamuk, keadaan akan cenderung parah karena komunikasi orangtua anak terhambat dengan munculnya saling memusuhi dan curiga.

Langkah pertama yang selayaknya diambil adalah menghadapi anak dengan tenang. Usahakan jangan terlalu pedulikan pada amukan anak, melainkan ajaklah dialog anak dengan berusaha mencari tahu sumber amukan.

Kedua, ajarkan empati. Tanamkan pada anak, bila anak terus mengamuk, maka ibu atau ayah pun bisa pula mengamuk. 

Kata bernada sedikit "mengancam" ini dimaksudkan untuk melatih anak memberikan toleransi pada orang di luar dirinya, dan berpikir bahwa tindakan mengamuk merupakan tindakan yang kurang positif.

Peluk Erat 

Berikan perhatian hangat jangan hanya ketika anak mengamuk saja. Sering kali anak merasa orangtuanya memberikan perhatian ketika anak mengamuk. Alhasil, anak menggunakan amuk sebagai "Kartu As" ketika ia minta perhatian orangtuanya.

Bila amukan anak cenderung berbahaya, peluklah dengan erat dan bawa ke tempat aman. Tunjukkan bahwa perhatian diberikan bukan karena amukan, tetapi semata, perasaan kasih sayang, dan anak tak perlu mengamuk kalau akan minta perhatian.

Tak jarang anak mengamuk karena bosan terhadap lingkungannya. Bisa pula karena ia kesepian (lonely feeling) karena jauh dari teman sebayanya (peer group). 

Untuk amukan seperti ini, berikan permainan yang mengasyikkan dan penuh tantangan (challenging) dan temani anak sebentar sampai anak merasa ia perlu bermain sendiri. (re-write Endepe, 5.12.2022)

Referensi: Priyohadi, N.D., Mengasihi Anak Sepenuh Hati, 2011: Pustaka Rahmad dan Penerbit Panduan, Yogyakarta 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun