Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Temper Tantrum, Benarkah karena Anak Manja?

5 Desember 2022   14:39 Diperbarui: 7 Desember 2022   13:00 790
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (SHUTTERSTOCK)

Langkah pertama yang selayaknya diambil adalah menghadapi anak dengan tenang. Usahakan jangan terlalu pedulikan pada amukan anak, melainkan ajaklah dialog anak dengan berusaha mencari tahu sumber amukan.

Kedua, ajarkan empati. Tanamkan pada anak, bila anak terus mengamuk, maka ibu atau ayah pun bisa pula mengamuk. 

Kata bernada sedikit "mengancam" ini dimaksudkan untuk melatih anak memberikan toleransi pada orang di luar dirinya, dan berpikir bahwa tindakan mengamuk merupakan tindakan yang kurang positif.

Peluk Erat 

Berikan perhatian hangat jangan hanya ketika anak mengamuk saja. Sering kali anak merasa orangtuanya memberikan perhatian ketika anak mengamuk. Alhasil, anak menggunakan amuk sebagai "Kartu As" ketika ia minta perhatian orangtuanya.

Bila amukan anak cenderung berbahaya, peluklah dengan erat dan bawa ke tempat aman. Tunjukkan bahwa perhatian diberikan bukan karena amukan, tetapi semata, perasaan kasih sayang, dan anak tak perlu mengamuk kalau akan minta perhatian.

Tak jarang anak mengamuk karena bosan terhadap lingkungannya. Bisa pula karena ia kesepian (lonely feeling) karena jauh dari teman sebayanya (peer group). 

Untuk amukan seperti ini, berikan permainan yang mengasyikkan dan penuh tantangan (challenging) dan temani anak sebentar sampai anak merasa ia perlu bermain sendiri. (re-write Endepe, 5.12.2022)

Referensi: Priyohadi, N.D., Mengasihi Anak Sepenuh Hati, 2011: Pustaka Rahmad dan Penerbit Panduan, Yogyakarta 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun