Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Masjid Favorit di Desaku

30 April 2021   05:19 Diperbarui: 30 April 2021   05:26 1287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masjid favorit kalau dibicarakan saat ini ya masjid yang paling dekat. Sebab setiap saat ada jamaah shalat lebih mudah untuk dijangkau khususnya untuk shalat isya dan subuh. Kalau dhuhur asar magrib kadang masih di kantor sehingga masjid favorit ya yang paling dekat juga. Namun kalau masjid di masa lalu yang menjadi favorit, saya mencatat setidaknya ada 3 lokasi yang menyenangkan untuk dikenang.  Lengkapnya ada 4, karena lokasi yang ke-4 adalah di Tanah Suci Arabia dan Palestina.

Dikenang karena saya sudah lama migrasi meskipun setiap saat masih sangat mungkin untuk mengunjungi. 

Jaraknya yang 300 kilometer ya akhirnya tidak bisa setiap hari kan. Sedangkan lokasi yang ke-4 hanya bisa dijangkau jika kita haji atau umroh ke sana. 

(1) Masjid SYuhada di Kotabaru Yogyakarta 

Masjid ini punya cerita unik bagi saya. Mungkin sangat sedikit yang tahu tentang cerita ini. Waktu sekolah di SD era 1980-an, masjid Syuhada adalah masjid yang merelay langsung shalat jumat ke RRI ketika itu. Padahal jadwal sekolah waktu itu jam 1300, sementara masjid yang menyelenggarakan jumatan di desa saya waktu itu masih jarang. Jik okeh kejawen keknya. 

Nah, karena didikan orang tua dan guru ngaji, saya merasa takut kalau meninggalkan shalat jumat yang memang wajib bagi laki-laki. Meskipun sebenarnya wajibnya bagi laki-laki dewasa alias akil baligh, pokokmen saya tidak berani meninggalkan shalat jumat. 

Walhasil, saya menyimak dari radio dan..... menjadi makmun kepada imam di radio. Walahhh.... entah bagaimana kok saya bisa ada ide begitu. Intinya saya berijtihad sendiri, bahwa "boleh" makmun ke imam di radio kan juga relay langsung sehingga harusnya boleh. 

Para ustadz silakan mencari dalil boleh atau tidaknya, namun saya yang ketika itu SD, melaksanakan begitu. Hingga akhirnya guru agama punya alternatif yakni jumatan bersama di masjid dekat SD, yang memang waktu itu menjadi kendala tersendiri karena khatibnya luaaammaaaa... sampai jamaah terkantuk-kantuk dan bagi siswa SD menjadi takut ketinggalan jam pelajaran. 


Sekarang sih saya yakin semakin baik dan terukur jam durasi khatibnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun