Banyak yang berpulang karena pandemi, maka semakin banyak jamaah Ramadhan yang semakin rajin melakukan pertobatan. Tilawah, shalat sunat, mengaji, dan lain sebagainya menambah pahala di Ramadhan.
Pandemi justru semakin mendekatkan jamaah kepada masjid, dan kesadaran bahwa dosa perlu dihapus dengan ikhtiar dan doa yang sebanyak-banyaknya. Dosa salah khilaf adalah biasa bagi manusia biasa, menjadi istimewa kalau kita bersedia bertobat. Pandemi, menstimulasi jamaah bahwa jika tidak waspada, bisa kena covid, dan bisa mati seketika tanpa melihat umur dan usia.
Maka semakin banyak orang rajin ibadah sebagai media pertobatan.
(4) Rasa syukur semakin meningkat
Jamaah sekalian, marilah kita bersyukur karena nikmat iman, keselamatan, dan kesehatan.
Doeloe, kata-kata tersebut seakan formalitas belaka. Setelah pandemi, kata-kata ini sakti bin ajaib. Bahwa masih bisa bernafas saja, itu adalah karunia yang besar. Hidup itu sendiri adalah karunia.
Jika tidak mau hidup, maka covid19 sudah siap menerkam. Jika kita berjuang terus beribadah dalam hidup, maka tubuh sehat akan terus digunakan utuk beribadah dan menebar manfaat bagi alam sekitar. Rahmatan lil 'alamiien.
Pandemi membuat umat semakin bersyukur, bahwa masih diberi kesempatan untuk bernafas dan melanjutkan hidup.
(5) Pasrah dengan tetap berusaha dan berdoa
Ramadhan di musim pandemi, belajar di tahun lalu, membuat umat semakin pasrah namun dengan sepenuh usaha dan doa. Semakin bersyukur dan terus disiplin protokol kesehatan. Jamaah semakin sadar dan saling mengingatkan. Hidup perlu disyukuri, dan terus disiplin protokol agar kita juga memberi ruang sehat bagi umat yang lain.