Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Terusan Kra Thailand 2025 Matikan Singapura?

28 Maret 2021   06:57 Diperbarui: 28 Maret 2021   19:00 12515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potong kompas hasil potong pulau di Terusan Kra Thailand (foto: Saumya Joshi/claws.in)

Senyampang kejadian stagnasi di Terusan Suez di Mesir pada sejak 23  Maret 2021 ini maka ada baiknya kita membuka dokumen yang ngeri-ngeri sedap terkait bisnis transportasi laut dan atau administrasi teknologi dredging  atau apa pun namanya. Dokumen pengembangan dan pembukaan Terusan Kra di Thailand yang ternyata idenya sudah digagas sejak abad ke-7  namun perkembangannya dihempaskan oleh banyak kejadian lain, termasuk gegap gempita Perang Dunia II yang melanda Asia Timur Raya. 

Beberapa kajian telah dikemukakan, dan sedapnya adalah ini menyangkut efisiensi tingkat tinggi pemangkasan rute pelayaran kapal khususnya tanker yang melintas dari Timur Tengah ke Asia Timur Raya, khususnya Jepang, China, dan Korea.

Sementara itu, negara superkaya kita yakni Nusantara, saat ini bahkan refinery atau bunker-bunker pengolahan minyak malahan ada di negara tetangga, Singapura. Coba cari tambang minyak di Singapura, nul puthul. Namun kilang pengolahan minyak sangat banyak dan menjadi andalan ekspor Singapura. Termasuk Indonesia, ada sebagian justru mengimpor minyak olahan dari Singapura.


Ngeri-ngerinya, karena Singapura bisa berubah menjadi pelabuhan feeder (pengumpan), atau bahkan ada risiko  matinya pelabuhan transhipment besar di Singapura tersebut. Ya pasti ada ngeri-ngerinya, karena sebagian besar kargo Indonesia juga transit di Pelabuhan Singapura. Artinya barang akan berjalan semakin jauh. Ya meskipun sistem supply chain management dan teknologi akan semakin mempermudah. 

Namun di awal nantinya beroperasinya Terusan Kra Thailand, ada kemungkinan tahapan declining nya pelayaran dari dan ke Singapura khususnya Indonesia.


MOTONG PULAU

Dibangunnya Kanal Kra praktis kapal-kapal tidak perlu lagi melalui Selat Malaka. Artinya rute akan memotong jalur menjadi lebih pendek. Tidak perlu lagi ke Singapura atau sandar mengisi logistik di Negara Singa itu, sebelum melanjutkan perjalanannya ke barat atau ke timur. Sebagaimana diketahui, sebagian besar kapal tanker dan atau niaga lainnya, sandar di Singapura sekedar untuk pengisian bahan bakar atau bunkering.

Sementara kalau untuk kapal niaga transhipment  sampai saat ini, Maret 2021, ya menjemput kargo hasil konsolidasi barang dari dan ke Singapura.

Jika Kanal Kra Thailand ini sudah dioperasikan, maka kapal-kapal dari Asia Pasifik menuju Asia Selatan, Timur Tengah, Afrika atau Eropa atau sebaliknya, bisa menghemat bahan bakar, logistik, dan memperpendek jarak serta waktu pelayaran. 

Tidak main-main, dengan adanya Kanal Kra yang menghubungkan Laut China Selatan dan Laut Andaman itu akan membantu mempersingkat jarak tempuh lebih dari 1.500 kilometer. Otomatis waktu tempuh juga akan lebih pendek 3-4 hari. Jarak tempuh yang memendek, waktu tempuh yang juga cepat. 

Proses bunkering akan dilakukan tidak di Singapura, karena kapal akan  melintasi Kanal Kra untuk menuju China, Jepang, Korea dan negara lainnya di Pasifik secara  langsung. Hemat 3 - 4 hari itu adalah angka yang fantastis untuk penghematan biaya logistik.

Bagi Indonesia, pengembangan pelabuhan Sabang di Aceh atau Pelabuhan di Medan, menjadi sangat penting sebagai alternatif sandar kapal yang bisa jadi transit sebelum melintas di Terusan Kra Thailand. Atau bahkan Pelabuhan Sabang dikembangkan sebagai transhipment bagi kargo di Indoensia. 

Sebagaimana diketahui, Terusan Kra atau Kanal Kra dibangun sepanjang 100 kilometer di wilayah Isthmus ini juga akan dilengkapi beberapa dermaga yang mampu menampung kapal berbobot 500.000 DWT. Dan ukuran ini jauh lebih besar ketimbang kapal yang sandar di Singapura yang hanya dapat dilalui kapal berbobot 300.000 DWT, atau Malaccamax.

China dan Jepang, dua negara yang saling berkompetisi, bahkan sudah siap untuk membantu Thailand mewujudkan pembuatan Terusan Kra dengan dana inevstasi senilai US$28 miliar untuk proyek Kanal Kra tersebut. Sebab, negara yang paling berkepentingan dengan proyek tersebut adalah China , Jepang, dan negara-negara di Asia Timur.

Indonesia ya alhamdulillah nanti juga akan mendapatkan berkah, dulu transhipment di Singapura, atau barangkali nanti akan transhipment di Thailand. Jika mau besar, maka memang posisi Pelabuhan Sabang dan Pelabuhan Medan akan menjadi sangat strategis untuk dikembangkan lebih cepat lebih tepat lebih manfaat. 

Pelabuhan yang telah dikembangkan di Medan adalah Kuala Tanjung.  Kuala Tanjung dapat untung jika mampu mengambil momentun pindahnya transhipment dari Singapura ke Kanal Kra Thailand. 

Namun eh siapa tahu ada investor yang juga mau bikin Pelabuhan lainnya, biar semakin banyak terminal pelabuhan semakin banyak pilihan. Meski ya bisa mumet karena berebut kargo yang sama.

Pembangunan Terusan Kra juga secara fisik akan memotong pulau sehingga Thailand akan memiliki wilayah zona utara Kra, dan selatan Kra. Sebagian politisi ekonomi yang berkepentingan dengan risiko rugi kalau Kra dibuka, mengompor-ngompori bahwa risiko terbesar dari dibukanya Kanal Kra adalah geopolitik. Yakni, Thailand akan terbelah. Daerah Selatan akan memberontak. Dan lain-lain yang sifatnya meden-medeni khas para politisi. Namun kalau dari sisi ekonomi, itu semata bisnis yang memang lebih efisien jika Kra dibuka sebagai sebuah Terusan. 

Ya mirip dengan Wetan Progo dan Kulon Progo meski di satu Provinsi Ngayogyakarto Hadiningrat. Jika Yogya dipotong sungai Progo, maka Thailand ini akan dipotong Kanal Kra, atau Terusan Kra, yang punya nilai sangat ekonomis dalam pelayaran Internasional. 

Ternyata Kra adalah satu dari sekian banyak kanal di dunia yang semakin berperan dalam bisnis pelayaran. Antara lain Terusan Suez,  dan Terusan Panama yang pasti semua orang sudah kenal. 

Namun lebih dari itu, terdapat sembilan terusan lainnya yang tujuannya untuk mempersingkat lalu lintas kapal barang dan kapal penumpang. Terusan Saimaa menghubungkan danau Saimaa dengan Teluk Finlandia dekat Rusia. Terusan Saima (42,9 km) dibangun tahun 1845-1856. Terusan Manchester di Inggris (57 km) menghubungkan Manchester dengan Laut Irlandia tahun 1894. Terusan Alphonse XIII (85 km) tahun 1926 menghubungkan Seville dan Teluk Kadis.

Terusan Kei (98 km) menghubungkan Laut Utara Jerman dengan Laut Baltik. Terusan Volga-don (100 km) menghubungkan Laut Hitam dan Laut Kaspia tahun 1952. Terusan Houston (91 km), menghubungkan Teluk Houston Amerika Serikat dengan Teluk Meksiko. Terusan Panama (82 km) di Tanah Genting Panama, menghubungkan Samudera Pasifik dan Samudera Atlantik. Pembangunan berlangsung lama karena kesulitan alam pegunungan dan batu-batu cadas, dimulai tahun 1500, selesai tahun 1914.

DAMPAK EKONOMI KANAL KRA 

Bagaimana dampak ekonomi pembangunan Kanal Kra bagi Indonesia. Silakan disimak data dari Supply Chain Indonesia sebagai berikut:

Dampak ekonomi Kanal Kra (foto: suplychainindonesia.com)
Dampak ekonomi Kanal Kra (foto: suplychainindonesia.com)
Kalau dari data dimaksud, ada risiko kerugian di awal pembangunan Kanal Kra bagi Indonesia. Bisa jadi karena adanya lost income layanan pandu (pilotage at sea) di Selat Malaka yang berpotensi hilang karena kapal sudah tidak akan melintas di Selat Malaka lagi. Juga kalkulasi lain yang bisa jadi adalah hitungan formula. 


Saya yakin itu belum dihitung dari potensi pendapatan meningkatnya traffict kapal di Pelabuhan Kualatanjung atau Pelabuhan di Medan. 

Akankah Indonesia ikut berperan aktif dalam konteks ini? Semoga demikian. 

Momentum ini juga ingin saya gunakan untuk menghimbau FSAI dan ASBUPI untuk bersama melakukan kajian dalam perspektif administrasi bisnis logistik dan kepelabuhanan.  Sebagaimana diketahui, STIAMAK BArunawati SUrabaya intensif mengajak FSAI yakni Forum Studi Administrasi Bisnis dan Kemaritiman yang beranggotakan AMNUS Banjarmasin, STIAMAK Surabaya, STIMARYO Yogyakarta, AKPN Bahtera Yogyakarta, WIBHAKTA Yogyakarta, UNTAG Semarang, PT PMLI Jakarta, dan PIP Merauke untuk meningkatkan kerja sama di dalam Tridharma Perguruan Tinggi. 

Demikian halnya dengan Asosiasi Badan Usaha Pelabuhan Indonesia (ASBUPI) yang juga diharapkan berperan lebih aktif menghadapi semua potensi pengembangan bisnis kemaritiman masa depan. 

Momentum memahami pembelajaran, mitigasi risiko, termasuk konseptualisasi potensi bisnis pasca stagnasi di Kanal Suez dan peluang masa depan Kanal Kra Thailand, adalah pekerjaan rumah yang sangat prospektif untuk masa depan bisnis kemaritiman dunia. 

Semoga jayalah kembali Negara Maritim Nusantara, Indonesia tercinta. (28.03.2021/Endepe) 

....... Tulisan ini dapat dikutip dengan mencantumkan citasi:

.. Priyohadi, Nugroho Dwi., 2021, Terusan Kra Thailand 2025 Matikan Singapura?, dipublikasikan di Kompasiana.com edisi 28.03.2021. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun