Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Takdir

28 April 2020   20:45 Diperbarui: 28 April 2020   20:42 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

TAKDIR

Ada sebuah kisah. Seorang calon XXX yang sudah mengukur baju dan rencana pelantikan. Namun, semua urung dan batal. Padahal, semua seakan sudah direncanakan dengan baik. Persiapan yang sempurna. Namun, pada waktu injury time. Semua berubah.

Menurutku, itu adalah takdir. Sudah digariskan begitu. Sehingga, mau dikatakan apa, semua memang harus begitu. Sudah digariskan.

Demikian halnya dengan semua ragam rencana. Perjalanan jauh atau dekat. Dengan menggunakan pesawat, kereta api, bis, mobil dan kendaraan pribadi. Bahkan, semua tiket sudah dibayarkan. Karena rencana durasi lama, maka pakai pamitan tetangga handai taulan terdekat. Bahkan, pesta kecil dengan tujuan syukuran. Sekaligus berdoa.

Namun, wabah corona datang menghempas. Bagaikan tsunami yang ternyata belum tahu kapan berhenti. Di negara China, gelombang kedua wabah malahan sudah datang. Kota Wuhan yang sempat dipuji. Sebagai kota yang cepat melakukan rekoveri. Sembuh pulih dari wabah Covid19. Ternyata dinyatakan terkena lagi. Ada korban lagi.

Itu pun sudah digariskan. Setiap upaya dan doa adalah menu wajib bagi manusia yang beragama. Bahkan bagi agnotis atau atheis pun. Upaya perbaikan adalah kewajiban dan keharusan.

Namun, wabah juga belum berhenti.
Menurutku, itu juga bagian dari takdir. Sudah digariskan begitu. Sehingga, mau dikatakan apa, semua memang harus begitu. Sudah digariskan. Dan pasti kelak akan ada titik berhenti.

Jadi takdir itu apa?
Segala sesuatu yang sudah digariskan, menurutku begitu.
Dan kita baru tahu setelah semua terjadi. Hanya, untuk manusia tertentu. Ada mungkin, yang diberikan karunia untuk mengetahui takdirnya di masa depan. Jika semua orang demikian. Akankah masa depan menjadi menarik, atau berubah menjadi hantu yang menakutkan?

Bagaimana jika manusia tahu kapan ajal akan tiba?
Bagaimana caranya ?
Bagaimana rasanya ?
Siapa saja yang ada di dekatnya ketika itu ?

Sehingga, ketidaktahuan terhadap takdir bisa jadi malah menenangkan. Menghapus kekkhawatiran.

Jikalau manusia hidup akhirnya mati, akankah semua manusia sadar diri apa tujuan hidup ini?

"Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja " *Rendra

Takdir yang diketahui. Takdir yang tidak diketahui.
Apakah tahu dan tidak tahu juga sama saja ?

Ketika kamu mau menyambut kegembiraan, dan lantas kegembiraan itu menjadi batal karena seseorang, bukankah itu juga takdir yang membahagiakan? Atau menyedihkan ?

Jika langit dan bumi bersatu, bukankah kebahagiaan dan kesedihan itu sama saja ?

Lantas mengapa kadang menjadi lupa bahwa ungkapan terima kasih dan penuh syukur itu. Adalah obat paling berharga. Untuk menjemput dan menerima takdir.

Apa pun yang telah digariskan Nya.
Semua telah digariskan. Semua telah ditetapkan.

28.04.2020

----------------------

"Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah" (QS. Al Hajj:70).

{59}

"Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)"" (QS. Al An'am:59).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun