3. Tidak dibutuhkan kecerdasan
Yang sudah masuk program s3 ya harusnya gak perlu berdebat masalah kecerdasan. Sudah dianggap cerdas. Hawong sudah lulus seleksi s3. Namun yang dibutuhkan adalah ketekunan, manut bimbingan, selalu rajin ke kampus, pustaka, bongkar jurnal, menulis, mengoreksi, menulis, menulis, menulis, dan seterusnya.
Tidak selalu doktor itu pinter. Namun seorang odktor pasti lulus ujian disertasi. Yang cerdas belum tentu lulus, hawong cerdas ning malas, gaks elesei juga. Syukur syukur cerdas dan rajin. Rajin lebih baik.
4. Kerjakan jangan pikirkan
Pusing dah mikirin disertasi, demikian keluh mahasiswa. Bah, disertasi gak usah dipikirkan. Kerjakan. Tulis, Koreksi. Edit. Penuhi dengan literatur yang baik. Reputasi bagus. Kirim hasil ke jurnal terindeks SCopus, SInta Dikti, dan sebagainya. Kerjakan. Kalau cuma mikir, gimana ngontrolnya. Nasehat ini buat saya sendiri ..hehehe..
5. Takdir
Jika sudah dikerjakan, rajin, cerdas juga, namun gagal, ya sudah itu takdir. Jika bodoh namun rajin dan lulus, ya sudah itu juga takdir. Jika rajin cerdas tekun tuntas cepat tepat waktu cum laude dan disenangi dosen promotor dan semua teman, ya takdirmu juga.
Di balik semua, saya senang dengan nasehat Ibu Dr. Sirikit Syah, jurnalis esais dosen dan penulis buku dari STikosa SUrabaya: Disertasi yang baik adalah disertasi yang selesei (lulus).
Wes gitu dulu saia juga mumet.