sang lelaki akan kisah cintanya di SMA.
Perayaan imlek mengingatkanIa menjalani masa SMA di sebuah sekolah yang bercampur antar etnis Jawa dan China. Di SMA itu, tak ada lagi rasa sungkan dan segan di antara para muridnya.
Pada suatu perayaan imlek sang lelaki menjatuhkan hatinya pada sang gadis etnis China dan diterima. Keduanya saling belajar dua budaya yang berbeda. Mereka sering berngantian makan gudeg dan lumpia. Atau kadang nonton wayang orang, kadang nonton pertunjukan Barongsay di suatu sasana. Mereka sebenarnya representasi mini dari Indonesia yang bhineka.
Sebenarnya tak masalah dengan hubungan cinta mereka. Tapi takdir mengatakan yang berbeda. Sang gadis pergi selamanya karena penyakit tak tersembuhkan yang datang tiba-tiba. Dan itu terjadi pada perayaan imlek di tahun berikutnya.
Maka perayaan imlek bagi sang lelaki membawa dua suasana yang berbeda. Suasana bahagia ketika pertama cintanya diterima. Dan suasana duka ketika sang gadis harus pergi untuk selamanya.
Kini setiap imlek tiba, dua perasaan berbeda itu selalu menyerang sang lelaki dan entah mana yang lebih mengemuka.