Mohon tunggu...
Dr. Nugroho SBM  MSi
Dr. Nugroho SBM MSi Mohon Tunggu... Dosen - Saya suka menulis apa saja

Saya Pengajar di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Undip Semarang

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lelaki Muda Hampa Jiwa

11 Oktober 2021   13:52 Diperbarui: 11 Oktober 2021   13:57 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: pixabay.com

Lelaki muda itu sebenarnya tak kurang suatu apa. Tampan, kaya raya, dan tinggi  pendidikannya. Tapi ia merasa hampa jiwa

Lalu datanglah ia pada sang guru penasehat rohaninya.

Sang guru bertanya: apakah ia sudah mentaati seluruh perintah agama? Tidak membunuh, tidak berzina, tidak bersaksi dusta, tidak mengingini milik sesama, tidak mencuri, dan senantiasa menghormati orangtuanya?

Sang lelaki muda mengatakan bahwa ia melakukan semua itu bahkan sejak masa mudanya.

Sang guru lalu menantang: kalau begitu berikanlah sebagian besar hartanya untuk mereka yang lemah, miskin, tersingkir, dan difabel atau untuk mereka yang duafa dan papa.

Sang pemuda sedih atas jawaban gurunya. Sebab memang hartanya banyak dan ia ingin menikmati sendiri semuanya. Karena ia kumpulkan sendiri semuanya. Lalu untuk apa dibagi-bagi kepada orang lain dengan cuma-cuma? Itu hanya dilakukan oleh orang gila.

Sang guru melihat punggung sang lelaki muda yang berlalu dari hadaapannya secara mengelus dada. Ia kasihan dan sekaligus kecewa. Ternyata ingin menikmati sendiri harta tanpa bersedekah bagi sesamanya adalah sumber utama kehampaan jiwa. Pun pula ia sumber malapetaka karena ingin menikmati dan mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya sesungguhnya juga sumber malapetaka. Baik di dunia maupun nanti di alam baka.

Juga ini menegaskan pengertian tentang dosa. Dosa tidak hanya menjauhi dan tidak melakukan yang dilarang agama. Tetapi juga tidak melakukan yang seharusnya dilakukan seperti membiarkan saja  sesama yang seharusnya dibantunya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun