Kemarau nampaknya tak akan panjang.  Hujan masih juga datang terkadang dan bisa diramalkan makin sering  di bulan-bulan depan.
Hal demikian tak berpengaruh bagi sang lelaki di suatu malam. Lelaki itu masih tetap berdiang di depan tungku di dapur gubug sederhananya di lereng gunug Merapi. Di sini memang hujan ataukah kemarau hawa dingin selalu menusuk sampai ke sungsum tak hanya sampai ke kulit atau tulang luarnya.
Mungkin hanya itu saja jalan bagi sang lelaki untuk mencari kehangatan. Isterinya telah lama pergi selamanya karena corona tanpa meninggalkan anak baginya.
Corona memang sekarang tak mengenal lokasi serangannya. Dulu jika membayangkan desa maka jarang ada penyakit yang menyerangnya karena tak ada polusi, juga tak ada gaya hidup yang tak sehat. Tapi kini corona bisa menembus sampai ke desa-desa. Rupa-rupanya tak hanya ABRI yang masuk desa, tetapi Corona juga masuk desa. Maka berjaga-jagalah semua. Tidak di kota, tidak di desa
Tinggallah sang lelaki sendirian saja sampai menunggu saatnya tiba.