berkurban dan mencinta baik bagi anak,isteri maupun sesamanya.
Lelaki itu sepanjang hidupnya selaluLelaki itu memang bukan pujangga. Yang pintar merangkai, menyamarkan, dan memanjangkan kata-kata. Kalau pujangga  bisa memanjangkan kata yang pendek jadi berlipat jumlahnya padahal artinya sama. Pujangga juga bisa merangkai dan menyamarkan kata sehingga kata yang sebenarnya sederhana bisa  ganda makna bahkan tak jelas artinya. Tetapi lelaki itu lugas memahami kata berkurban dan cinta tanpa menyamarkan artinya dan memanjangkan diksinya. Tak heranjika dia menulis puisi selalu ditolak redaksinya karena dianggap terlalu jelas dan sederhana kata-katanya.
Ia juga bukan ahli filsafat yang selalu bertanya. Jika ahli filsafat selalu bertanya apapun makna segala sesuatu di dunia, maka sang lelaki lebih memilih melakukannya tanpa banyak tanya.
Ia juga bukan ahli hukum yang selalu mendahulukan keadilan. Ahli hukum selalu menekankan keadilan yaitu memberikan kepada orang yang menjadi haknya. Tetapi lelaki itu lebih memilih berkurban dan mencinta yang artinya dia memberikan apa yang menjadi haknya kepada isteri, anak, dan sesama yang dicintainya. Sebuah tindakan yang sekaraang ini di dunia sudah menjadi langka.