Mohon tunggu...
Dr. Nugroho SBM  MSi
Dr. Nugroho SBM MSi Mohon Tunggu... Dosen - Saya suka menulis apa saja

Saya Pengajar di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Undip Semarang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Telur yang Dibagi Empat

29 Maret 2021   21:29 Diperbarui: 29 Maret 2021   21:40 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Telur (sumber gambar: makassar.tribunnews.com)

Lelaki itu empat bersaudara. Ia adalah anak bungsu. Empat bersaudara itu lelaki semua.

Pada masa kecil,  kondisi ekonomi keluarganya tak begitu baik. Ayahnya hanya seorang guru SD negeri yang waktu itu gajinya sangat kecil. Tak ada tunjangan sertifikasi seperti sekarang ini.

Lauk untuk makan mereka yang paling mewah adalah telur ayam. Itupun harus dibagi empat. HIngga mereka sering bergurau bahwa pantat ayam tempat keluarnya telur itu mungkin ada siletnya sehingga telur itu bisa terbagi empat.

Meski berusaha dibagi empat secara adil, tapi tetap saja di antara mereka berempat sering melihat bahwa telur itu tak terbagi secara sama. Ada rasa iri ketika secara tak sengaja ada dari mereka berempat yang menerima bagian telur yang lebih besar.

Melihat gelagat itu ibu mereka berkata bahwa sudahlah diterima bagian masing-amasing dengan rela. Tak usahlah iri satu sama lain. Rejeki, termasuk bagian telur itu, sudah diatur oleh Tuhan.

Maka beranjaklah keempat saudara itu menjadi dewasa dan masing-masing ebkerja. Yang sulung jadi perwira tentara. Yang kedua jadi pengusaha. Yang ketiga jadi Pegawai tinggi di sebuah kementrian

Sementara sang lelaki itu -- bungsu dari empat bersaudara- menjadi guru SD honorer di sebuah desa kecil. Banyak orang terheran-heran. Tapi lelaki itu tetap mantap menjalani hidupnya. Ia teringat nasehat ibunya dan telur yang dibagi emat itu. Ia ingat ibunya berkata bahwa rejeki sudah diatur Tuhan. Lagipula, bukankah mulia tidaknya seseorang tidak diukur dari kedudukan, jabatan, dan hartanya tetapi oleh manfaat perbuatannya bagi sesama? Bukankah menjadi guru honorer SD di desa berguna untuk mencerdaskan anak bangsa?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun