Perang Bharatayudha antara Kurawa dan Pandawa sampai pada epsiode yang tragis dan mengharukan
Akan berhadapan Adipati Karna dari pihak Kurawa dan Raden Arjuna dari pihak Pandawa.
Sejatinya keduanya adalah saudara sekandung lain bapak. Karna lahir dari hubungan gelap Dewi Kunti dan Batara Surya. Karena Dewi Kunti masih perawan, waktu itu, Karna dibuang di sungai dan akhirnya dibesarkan dan diberi kedudukan terhormat di Kurawa.
 Sementara Arjuna lahir dari perkawinan Dewi Kunthi dan Prabu Pandu Dewanata. Tak heran jika keduanya bagai pinang dibelah dua. Baik ketampanan maupun kesaktiannya. Sampai Batara Narada tak bisa membedakan ketika keduanya bertapa untuk mendapatkan keris Kunto Wijayandanu. Arjuna bertapa untuk mendapatkan Kunto Wijayandanu untuk memotong puser ponakannya Gatutkaca. Sementara Adipati Karna bertapa untuk mendapatkan keris tersebut guna menambah kesaktiannya.
Batara Narada hendak memberikan keris itu pada Arjuna tetapi keliru diberikannya pada Karna. Lalu terjadilah perebutan antara Karna dan Arjuna. Akhirnya Arjuna mendapatkan sarung keris dan Karna mendapatkan Kerisnya. Maka diceritakan pula Puser Gatotkaca berhasil dipotong tetapi sarung kerisnya masuk. Maka Dalam perang Bharatayudha Gatitkaca menemui ajalnya di tangan Adipati Karna karena keris Kunto Wijaya masuk ke dalam rangkanya di perut Gatotkaca.
Alkisah ketika Dewi Kunti tahu bahwa Karna akan maju melawan Arjuna ia menemui Karna. Dengan heran Karna bertanya untuk apa Dewi Kunti menemuinya. Dengan menangis sesenggukan Kunti memberi tahu bahwa Karna sebenarnya anak kandungnya yang ia buang untuk menutupi aibnya. Ia meminta Karna jangan maju melawan Arjuna karena berarti melawan saudara kandung sendiri. Jika salah satunya gugur maka berarti Dewi Kunti kehilangan salah satu anaknya.
Karna tertegun dan memluk ibu kandungnya itu untuk pertama kalinya dan keduanyapun meneteskan airmata. Tapi karna lalu menolak secara halus perintah ibunya itu. Ia tetap akan berperang melawan Arjuna sebagai balas budi kepada Kurawa yang membesarkannya.
Akhir perang bisa diduga Karna gugur di tangan Arjuna. Tinggalah Dewi Kunti menangis dan menyesali dirinya. Karna anaknya yang ia buang, tak pernah sekalipun ia susui, dan hanya sekali dijumpainya ketika Bharatayudha akan mulai kini gugur di medan laga. Tapi nasi sudah menjadi bubur. Penyesalan selalu datang terlambat.