Gadis kecil di panti asuhan itu selalu bertanya pada pengasuhnya kapan orangtuanya datang menjenguknya.
Si pengasuh tuk menyenangkan hati gadis itu menyuruhnya menulis surat pada orangtuanya.
Gadis itu menurut dan menitipkan suratnya pada sang pengasuh. Tapi tentu surat itu tak pernah sampai. Selalu sambil menangis sang pengasuh panti asuhan itu pura-pura membawa surat yang tak pernah dikirimnya karena orangtua si gadis memang sudah tak sudi menjenguk puterinya. Selalu dibuangnya surat itu di tempat sampah.Â
Mungkin apa yang dilakukan pengasuh pada sang gadis ibarat morfin untuk penderita kanker. Tidak menyembuhkan, hanya mengurangi rasa sakit. Sang pengasuh berharap perjalanan waktu akan menyembuhkan luka sang gadis yaitu ketika ada pemuda yang meminangnya dan membawanya ke jalan bahagia.