Dengan tergesa lelaki itu menyongsong koran pagi.
Dengan hati berdebar dibukanya lembar demi lembar. Dicarinya larik puisi yang telah ia tulis dan kirimkan ke redaksi.
Tapi  tak ditemuinya puisi itu. Apakah yang salah dengan puisi yang ia tulis? Kurang diksi? Kurang Ritmis? Ataukah tak seselera dengan redaksi.
Padahal dari puisi itu ia berharap bisa membeli sepiring nasi. Perutnya lapar sudah berhari-hari.
Memang jangan jadi penulis puisi jika ingin kantong terisi.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!