Kabar gembira datang dari sektor keuangan. Setelah sempat melemah terhadap dolar AS hingga menyentuh Rp 16.400,-per dolar AS Awal April 2020, pada saat tulisan ini dibuat (Rabu, 3-6-2020) rupiah menguat terhadap dolar AS hingga menyentuh Rp 14.050. Ada beberapa faktor yang menyebabkan rupiah menguat yang bisa dikelompokkan menjadi dua faktor yaitu faktor global dan faktor domestik (dalam negeri).
Faktor global: Pertama, mulai tumbuhnya optimisme baru terhadap pemulihan ekonomi negara-negara di dunia setelah beberapa negara melakukan pelonggaran terhadap kebijakan Lock Down untuk mengatasi pandemi covid19. Hal ini menggeser dominasi ekonomi AS di dunia sehingga dolar AS melemah terhadap sejumlah mata uang lain.
Faktor global kedua adalah suku bunga acuan AS (Fed Rate) yang sangat rendah membuat para pemilik uang mengkonversi asset finansial dalam dolar AS ke mata uang lain, termasuk rupiah sehingga dolar AS melemah dan rupiah menguat.
Faktor global ketiga adalah kerusuhan yang masih terjadi di AS yang dipicu oleh kematian George Floyd,seorang kulit hitam, yang meluas dan sampai saat ini belum berhasil dipadamkan.
Sedangkan faktor domestik atau dalam negeri ada dua. Pertama, Â imbal hasil yang sangat menarik dari Surat Berharga Negara (SBN) dengan jatuh tempo 10 tahun yang mencapai 7,5% tentulah sangat menarik bagi investor asing untuk mengkonversi dolar AS yang dimilikinya ke rupiah. Kabar terakhir menyebutkan penawaran akan datang untuk SBN dengan jatuh tempo (tenor) 10tahun sudah mencapai Rp 105 Triliun dan 30% di antaranya berasal dari investor asing.Â
Kedua, "berkah" inflasi rendah sebagai dampak pandemi covid19. Inflasi bulan April 2020 sebesar 0,08 % yang lebih rendah dari Maret 2020 sebesar 0,10%. Para praktisi dan pengamat memprediksi inflasi tahun 2020 rendah yaitu antara 2,9% -3,3% yang masih ada dalamrentang target BI sebesar 3,1%. Inflasi Indonesia yang rendah akan membuat rupiah menguat terhadap dolar AS.