Menurut Prof. Amin, Pak Gunawan inilah contoh seorang guru yang dapat memberi inspirasi. Alangkah lebih baik, jika ditambahi lagi dengan nilai budaya saat mengajar puisi “Panggilan Minggu Pagi” tersebut sehingga lebih inklusif dan multikultural.
Penanggap selanjutnya Ninik seorang penyandang disabilitas. Ia mengapresiasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah menjadi universitas inklusif pertama di Indonesia. Karena UIN Sunan Kalijaga mengakomodir kaum disabilitas. Selain itu, UIN Sunan Kalijaga juga memberi perhatian pada pendidikan karakter dan menghargai pluralisme.
Menurut Prof Amin, kehidupan seperti sesi tanya jawab kita ini, “Ya, memang sangat kompleks. Kalau guru/dosen tak bisa bicara tentang isu-isu kemanusiaan baru, keberpihakan pada penyandang difabel, dll bagaimana dengan siswa/mahasiswanya? Di Indonesia ada sekian persen kaum disabilitas, itu menjadi inner calling untuk membuka Center of Difabel di UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Stafnya saya kuliahkan dulu di luar negeri. Itu keterpanggilan kami untuk menjadi problem solver dengan wawasan broad minded,”ujarnya.
Sebagai penutup tepat pada pukul 12.00 WIB Pak Hardono Hadi pun menandaskan, “Perguruan Tinggi (PT) sekarang cenderung mengikuti perkembangan zaman, lalu yang mengembangkan zaman siapa? Seyogianya, PT mengambil peran untuk mengarahkan perkembangan zaman. Kalau tak sampai ke sana, itu PT yang belum tuntas.”
“Dulu istilah ekonomi sampai masuk ke dunia pendidikan, universitas harus link and match dengan industri, yakni dalam rangka menyediakan buruh dan tenaga kerja murah. Itu kan melas (kasihan) sekali. Ekonomi seharusnya untuk manusia, bukan justru sebaliknya. Manusia adalah tujuan terakhir pendidikan,“ pungkasnya.
Sumber Foto: Dok. Pri