Dalam suatu usaha budidaya baik budidaya ayam maupun ikan, biaya pengeluaran untuk pakan merupakan biaya yang paling besar yakni sekitar 70-80 %. Biaya pakan yang besar ini seringkali menjadi factor penyebab kerugian dalam usaha peternakan, karena harga pakan yang semakin mahal sedangkan harga jual hasil ternaknya sering naik-turun. Ada beberapa jenis pakan seperti pakan tepung, crumble dan pelet yang merupakan pakan pabrikan yang biasanya dipakai dalam usaha peternakan seperti peternakan ayam petelur, ayam pedaging, itik maupun budidaya ikan yang mana memiliki harga yang cukup tinggi.Â
Untuk mengatasi hal tersebut maggot atau larva dari lalat BSF (Black Soldier Fly) dapat menjadi pilihan para peternak untuk dijadikan pakan alternative karena memiliki kandungan protein yang cukup tinggi yaitu sekitar 45% dan kadar lemak 30% (Balai Besar Penelitian Veteriner, 2016). Selain itu, maggot juga memiliki manfaat lain yakni sebagai pengurai sampah organic yang bisa dicampuri dengan kotoran unggas yang dipelihara, yang mana disamping mendapatkan pakan tambahan untuk ternak, budidaya maggot juga mengurai sampah organic serta mengurangi bau dari sampah dan kotoran ternak.
Pakan yang diperlukan untuk budidaya maggot sendiri adalah sampah organic yang bisa didapat dari sampah rumah tangga seperti sayur dan buah sisa atau yang busuk dan dapat dicampuri dengan kotoran ternak yang tentunya sangat mudah didapatkan dan tentunya gratis. Lahan yang diperlukan untuk budidaya maggot ini pun tidak memerlukan lahan yang luas, karena untuk pemeliharaannya sendiri hanya memerlukan satu buah kandang lalat yang terbuat dari waring/insecnet, media penetasan dan tempat pembesaran yang biasa disebut biopond. Biopond merupakan tempat pembesaran larva lalat BSF yang biasanya terbuat dari kayu, plastic maupun disemen di lantai dapat disesuaikan dengan skala dan kemampuan budidaya, bipond ini ada dua jenis yaitu biopond pembesaran dan biopond migrasi yang mana biopond migrasi ini memiliki bidang miring sebagai jalur migrasi prepupa lalat BSF dan ada tempat penampungan untuk maggot yang bermigrasi tersebut.Â
Untuk memulai budidaya maggot ini kita dapat membeli telur dari toko online maupun memancing sendiri dari alam. Adapun jika ingin memancing dari alam ada beberapa alat dan bahan yang harus dipersiapkan untuk media pemancingan diantaranya:
Kantong plasticÂ
EmberÂ
Air secukupnya
EM4 atau yakult (merk minuman)
Penyedap rasa masakan
DedakÂ
Gula pasir
Lalu, untuk tahap pembuatan media pemancingan maggot adalah sebagai berikut:
Masukkan 5 sendok gula dan 1 liter air ke dalam ember
Campurkan 5 5kg dedak dan penyedap rasa ke dalam ember
Tuangkan 1 tutup botol EM4 atau botol yakult ke dalam campuran
Aduk semua bahan yang ada di dalam ember sampai merata, jika dirasa kurang air maka tambahkan air sampai campuran sedikit lembek.
siapkan kantong plastic yang kira-kira kapasitasnya melebihi banyaknya campuran
masukkan campuran tadi ke dalam kantong plasticÂ
ikat rapat kantong plasticÂ
letakkan di tempat sejuk dan gelap selama 5-6 hari agar terjadi proses fermentasi, dan pastikan tempat tersebut aman dari hewan agar tidak dimakan.
Setelah menunggu 5-6 hari, tuangkan campuran tersebut ke dalam ember atau wadah
Tutup ember atau wadah tersebut dengan kertas nasi atau daun pisang
Letakkan ember atau wadah tersebut di dekat tempat pembuangan sampah atau di dekat kandang ayam karena biasanya lalat BSF ada di sekitar tempat tersebut, dianjurkan digantung atau ditutup dengan kawat agar media pemancingan tidak dimakan ayam, dan biarkan selama 2-3 hari
Setelah 2-3 hari kemudian biasanya jika ada lalat BSF di sekitar, mereka akan bertelur di sekitar ember atau wadah yang disimpan karena lalat BSF menyukai bau asam dari media pemancingan sebagai tempat untuk larvanya makan.Â
Setelah mendapatkan bibit larva maggot dari alam, kita dapat memberi pakan sampah organic setiap hari disesuaikan dengan banyaknya maggot yang didapat, jika di dalam ember sudah dirasa tidak cukup maggot dapat dipindahkan ke biopond sampai maggot berusia sekitar 2-3 minggu sudah dapat dipanen untuk pakan ayam maupun ikan. Namun, untuk keberlanjutan budidaya maggot dapat dipindahkan ke biopond migrasi dan terus diberi pakan sampai nantinya maggot berubah warna menjadi coklat kehitaman (prepupa) dan akan keluar dari biopond menuju tempat penampungan yang telah disiapkan, lalu prepupa tersebut dapat kita ambil dan simpan di tempat yang gelap agar cepat berubah menjadi pupa yakni sekitar 5-7 hari, setelah itu pupa dapat kita pindahkan ke dalam kandang lalat, setelah 5-7 hari pupa-pupa tersebut akan berubah menjadi lalat BSF. Pastikan lokasi kandang lalat tersebut di tempat yang cukup panas dan terhindar dari hujan, karena lalat BSF menyukai tempat panas untuk proses perkawinannya, siapkan media pemancingan di dalam kandang lalat BSF untuk memancing telur yang baru yang mana telurnya dapat diambil setiap hari, dengan sistem tersebut maka tidak perlu lagi memancing telur lalat BSF dari alam dan kegiatan budidaya maggot BSF pun dapat berjalan secara berkelanjutan dengan populasi yang semakin meningkat pesat.Â
Maggot BSF ini selain dapat digunakan untuk pakan ayam dan ikan peliharaan sendiri dapat pula dijual kepada peternak lain dengan harga pasaran maggot segar sekitar Rp5.000,-Rp7.000/kg, dapat pula dijual dalam bentuk maggot kering yaitu hasil disangrai atau dioven dengan harga pasaran Rp80.000,-Rp100.000/ kg yang mana sering dipakai untuk pakan ikan hias atau burung.Â
Dapat dilihat bahwa budidaya maggot BSF ini cukup menjanjikan dimana dengan modal yang minim dan pakan yang gratis menghasilkan produk yang memiliki nilai jual yang cukup menjanjikan, selain itu juga memberikan manfaat bagi lingkungan dengan mengurai sampah, disamping itu sisa dari budidaya maggot ini atau biasa disebut kasgot juga dapat dimanfaatkan menjadi pupuk organic. Dengan segudang manfaat yang dihasilkan dari maggot BSF ini semoga dapat kita laksanakan menuju kemandirian pakan peternakan dan kebersihan lingkungan.