Pedagang yang menawarkan sarapan di Food Court Suntec City, seperti peluang kecil yang muncul sebentar lalu hilang.
Putri tersenyum. Ia sadar, scalping bukan hanya tentang trading crypto atau saham. Itu adalah seni membaca denyut kehidupan. Menghargai momen-momen kecil yang datang sebentar, tapi bisa berharga bila ditangkap.
Conrad sebagai Cermin
Hotel Conrad sendiri menjadi metafora yang indah. Lobby dengan lantai marmer berkilau, lampu kristal bergemerlap, dan aroma bunga segar yang diletakkan di setiap sudut ruangan. Di sana, setiap detail diperhatikan. Dari senyum staf yang konsisten, hingga lipatan kain putih di meja restoran yang selalu rapi.
Putri menyadari: Inilah pelajaran bisnis sesungguhnya.
Bahwa keberhasilan bukan hanya tentang penjualan besar, melainkan tentang detail kecil yang konsisten dijaga. Conrad tidak menjadi hotel megah karena satu hal, tetapi karena ribuan detail yang disatukan dengan disiplin.
"Seperti scalping," bisik Putri dalam hati. "Bukan satu transaksi besar, tapi ratusan langkah kecil yang diulang dengan sabar."
Ia menulis di buku hariannya:
"Bisnis adalah seni menjaga detail. Scalping adalah cara menghargai setiap detik. Kesabaran adalah fondasi."
Dialog dengan Papa
Menjelang sore, Putri membuka laptop. Video call dengan papa yang berada jauh di tanah air. Wajah papa muncul di layar, hangat seperti biasa, meski ada garis lelah di mata.
"Pa..." Putri memulai, "hari ini Putri belajar banyak. Mami cerita bagaimana sulitnya dulu, bagaimana butuh waktu bertahun-tahun sampai bisa menganalisa dengan tenang. Dan Putri mengerti sekarang, kenapa mami memilih scalping. Ternyata itu bukan sekadar strategi, tapi cara hidup. Pa, Putri ingin belajar seperti itu."
Papa menghela napas panjang, lalu tersenyum.
"Pa lega mendengarnya, Nak. Kamu tahu, kemampuan menganalisa itu mahal. Tidak semua orang bisa. Itu yang membuat mami istimewa, dan kamu juga bisa mewarisinya. Jangan remehkan dirimu. Keraguan hanya bayangan. Fokuslah. Setiap langkah kecil akan membawamu ke tujuan."