Mohon tunggu...
I Nyoman Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen Kimia Undiksha - Hoby menanam anggur

Jalan jalan dan berkebun

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Abu Nawas dan Hakim yang Tamak: Ketika Keadilan Dijual di Pasar Gelap

2 Agustus 2025   09:28 Diperbarui: 2 Agustus 2025   09:28 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: YouTube.com 

Abu Nawas mendekat, lalu berkata pelan, "Bukti itu bukan selembar surat, bukan pula saksi. Bukti itu adalah sebuah hadiah yang akan membuktikan betapa jujurnya saudaraku."

Hakim itu makin tertarik. "Di mana hadiahnya?"

"Di rumahku," jawab Abu Nawas, "tapi hanya akan kuberikan setelah Yang Mulia membacakan putusan yang adil."

Maka mulailah permainan. Hakim itu membaca berlembar-lembar dokumen, mendengarkan saksi-saksi. Tapi pikirannya sudah terbang ke rumah Abu Nawas: hadiah apakah yang begitu berharga? Emas? Permata? Atau barang antik dari negeri jauh?

Ketika tiba waktunya memutuskan, hakim itu berkata lantang, "Setelah menimbang segala bukti, aku memutuskan: tanah itu sah milik saudagar ini."

Ruang sidang riuh. Saudagar itu bersyukur, dan Abu Nawas tersenyum tenang. Hakim itu pun segera memanggilnya, "Sekarang, bawa aku ke rumahmu."

Abu Nawas mengangguk. Mereka berjalan bersama, diikuti mata penasaran orang-orang kota. Sesampainya di rumah sederhana itu, Abu Nawas mempersilakan hakim duduk di bale bambu yang agak reot.

"Mana hadiahnya?" desak hakim.

Abu Nawas menatapnya lekat-lekat, lalu berkata, "Hadiah itu, Yang Mulia, adalah kepuasan melihat seorang hakim akhirnya memutuskan perkara dengan adil tanpa disuap."

Hening.
Wajah hakim memerah. Ia baru sadar telah terperangkap. Tak ada emas, tak ada permata. Hanya sebuah cermin: tamaknya sendiri.

"Apakah kau berani mempermainkanku?" bentaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun