Mohon tunggu...
I Nyoman Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen Kimia Undiksha - Hoby menanam anggur

Jalan jalan dan berkebun

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Setelah Stimulus Turun :Lebih Lega atau Sesak?

15 Juli 2025   13:31 Diperbarui: 15 Juli 2025   13:31 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : tribunnews

Rakyat ingin sesuatu yang nyata, bukan sekadar simbol. Mereka ingin dampak, bukan seremoni.

Solusi: Dengarkan yang Tak Terdengar

Bro, kalau kau tanya, "Apa yang bisa dilakukan?" Maka jawabannya sederhana, tapi tak mudah: dengarkan suara yang tak terdengar. Dengarkan ibu-ibu yang mengatur uang belanja harian. Dengarkan sopir angkot, petani kecil, pedagang kaki lima.

Mereka tak minta bantuan terus-menerus. Tapi mereka minta sistem yang mendukung. Pendidikan yang tak memiskinkan. Kesehatan yang bisa diakses tanpa utang. Harga pangan yang masuk akal.

Stimulus boleh tetap ada, tapi harus dibarengi dengan reformasi menyeluruh. Bukan hanya meringankan sesaat, tapi memperkuat daya hidup masyarakat untuk jangka panjang.

Juga, alangkah baiknya jika stimulus didesain dengan partisipasi warga. Survei yang benar-benar menyentuh kelas bawah. Bukan hanya laporan akademik yang jauh dari realita pasar tradisional.

Dan tolong, untuk stimulus transportasi, jangan hanya pikirkan pesawat. Perhatikan angkot, bus kota, dan moda harian rakyat pekerja. Mereka tak perlu terbang, Bro. Mereka cukup ingin bergerak.

Hidup Setelah Stimulus: Sedikit Lega, Tapi Belum Bebas

Lalu bagaimana setelah stimulus diterima? Ya, ada yang merasa sedikit lebih lega. Bisa pulang kampung, bisa beli beras tambahan, bisa bayar listrik yang sempat tertunggak. Tapi "lega" itu hanya seperti angin sejuk di siang bolong---sebentar saja.

Besok pagi, kembali harus berjuang. Harga cabe masih naik. Biaya sekolah anak masih tinggi. Dan pekerjaan masih belum pasti.

Stimulus semestinya menjadi jembatan menuju hidup yang lebih baik, bukan sekadar jeda dari penderitaan. Ia harus jadi awal, bukan penutup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun