Mohon tunggu...
I Nyoman Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen Kimia Undiksha - Hoby menanam anggur

Jalan jalan dan berkebun

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Osteoartritis Pada Sendi Utama Tubuh

19 Juni 2025   06:34 Diperbarui: 19 Juni 2025   07:49 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pinggul vs Lutut: Memahami Perbedaan Osteoartritis pada Dua Sendi Utama Tubuh

Osteoartritis adalah penyakit sendi degeneratif paling umum di dunia, menyerang jutaan orang dan menyebabkan nyeri, kekakuan, hingga keterbatasan gerak. Dua sendi yang paling sering terkena adalah sendi lutut dan sendi pinggul. Keduanya menopang berat badan, menopang aktivitas sehari-hari seperti berjalan, duduk, naik tangga, bahkan berdiri. Namun, osteoartritis pada lutut dan pinggul tidak selalu sama: keduanya memiliki perbedaan penting dalam penyebab, gejala, diagnosis, pengobatan, hingga dampaknya pada kualitas hidup. Mari kita telusuri bagaimana kedua jenis osteoartritis ini berbeda dan apa artinya bagi para pasien.

Mengenal Osteoartritis Lebih Dekat

Osteoartritis (OA) adalah kondisi degeneratif kronis yang ditandai dengan rusaknya tulang rawan artikular---jaringan elastis yang menutup ujung tulang di dalam sendi. Seiring waktu, tulang rawan menipis, menyebabkan tulang bergesekan langsung satu sama lain, memicu peradangan, nyeri, dan keterbatasan gerak.

Meskipun dapat menyerang sendi mana pun, OA paling sering terjadi pada sendi-sendi penopang berat badan, terutama lutut dan pinggul. Meskipun sama-sama disebut OA, osteoartritis pada lutut dan pinggul menunjukkan karakteristik yang berbeda secara klinis maupun mekanistik.

Letak Sendi, Fungsi, dan Beban yang Berbeda

Secara anatomis, sendi lutut adalah sendi engsel (hinge joint) yang memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi, serta sedikit rotasi. Lutut sangat penting dalam aktivitas seperti berjalan, melompat, atau menekuk. Sendi ini terdiri dari tulang paha (femur), tulang kering (tibia), dan tempurung lutut (patella).

Sementara itu, sendi pinggul adalah sendi bola-dan-soket (ball-and-socket joint), tempat kepala femur bertemu dengan soket pada tulang panggul (acetabulum). Ini memungkinkan gerakan ke segala arah: fleksi, ekstensi, rotasi, dan abduksi/adduksi.

Karena anatomi dan fungsi yang berbeda ini, cara osteoartritis berkembang dan memengaruhi pasien pun menjadi tidak sama.

Penyebab dan Faktor Risiko: Ada Persamaan, Tapi Juga Perbedaan

Baik OA pinggul maupun lutut memiliki faktor risiko yang serupa: usia lanjut, kelebihan berat badan, trauma sendi sebelumnya, kelainan bentuk anatomis, dan kecenderungan genetik. Namun, masing-masing juga memiliki faktor pemicu spesifik.

Osteoartritis Lutut (Knee OA):

  • Lebih sering terjadi pada wanita, terutama setelah menopause.

  • Obesitas sangat berperan karena meningkatkan tekanan pada sendi lutut.

  • Aktivitas berulang seperti jongkok atau mengangkat beban berat meningkatkan risiko.

  • Trauma lutut, seperti robekan ligamen atau meniskus, mempercepat degenerasi.

Osteoartritis Pinggul (Hip OA):

  • Lebih sering terjadi pada pria pada usia muda, tapi lebih merata pada usia tua.

  • Kelainan bentuk bawaan, seperti displasia pinggul, bisa menjadi penyebab.

  • Riwayat penyakit Legg-Calv-Perthes atau slipped capital femoral epiphysis pada masa anak-anak meningkatkan risiko.

  • Beban berat tetap berperan, tapi tidak sekuat pada lutut.

Dengan demikian, meskipun usia dan kelebihan berat badan adalah benang merah dari keduanya, akar masalah pada OA pinggul sering kali berkaitan dengan masalah struktural sejak dini.

Gejala Klinis: Lokasi Nyeri Bisa Menipu

Gejala OA pada dasarnya serupa: nyeri, kekakuan, keterbatasan gerak, dan kadang bunyi "klik" atau "krek" pada sendi. Namun, OA pinggul dan OA lutut memiliki perbedaan khas dalam persebaran nyeri.

Knee OA:

  • Nyeri dirasakan di bagian depan atau samping lutut.

  • Rasa sakit memburuk saat naik-turun tangga atau berjalan jauh.

  • Lutut bisa tampak bengkak dan terasa hangat.

  • Bisa terjadi "kunci sendi" (locking) akibat pecahan tulang rawan.

Hip OA:

  • Nyeri bisa "tertipu" dan muncul di paha depan, bokong, bahkan sampai lutut (referred pain).

  • Rasa nyeri meningkat saat bangkit dari duduk atau saat berjalan jauh.

  • Kekakuan saat memakai kaus kaki atau membungkuk untuk memungut benda.

  • Pasien sering menghindari aktivitas seperti menyilangkan kaki karena keterbatasan rotasi internal pinggul.

Perbedaan ini penting karena nyeri pada OA pinggul sering salah dikira sebagai masalah lutut atau punggung bawah.

Diagnosis: Tantangan dalam Membedakan

Pemeriksaan fisik dan riwayat pasien penting untuk membedakan kedua OA ini. Namun, pencitraan seperti rontgen (X-ray) tetap menjadi kunci utama.

Rontgen OA Lutut:

  • Penyempitan celah sendi (terutama kompartemen medial).

  • Osteofit (tonjolan tulang).

  • Sklerosis subkondral dan kadang deformitas.

Rontgen OA Pinggul:

  • Penyempitan celah sendi superior atau medial.

  • Osteofit di sekitar acetabulum dan kepala femur.

  • Kolaps permukaan artikular dan perubahan bentuk kepala femur.

CT-scan dan MRI bisa digunakan bila ada ketidakjelasan, misalnya dalam kasus OA awal atau nyeri yang tidak sesuai dengan temuan rontgen.

Perjalanan Penyakit dan Disabilitas

OA lutut cenderung lebih cepat menimbulkan disabilitas fungsional dibanding OA pinggul. Pasien dengan OA lutut sering mengalami hambatan dalam mobilitas sejak tahap awal, karena lutut adalah sendi utama dalam berpindah tempat. Jalan cepat, naik tangga, bahkan berdiri lama menjadi masalah.

Sebaliknya, OA pinggul sering kali tidak disadari hingga sudah cukup berat. Pasien mungkin hanya merasa "kurang nyaman" saat duduk lama atau setelah berolahraga. Namun, begitu OA pinggul memburuk, disabilitas yang ditimbulkannya bisa lebih dramatis dan memengaruhi berbagai aspek hidup---dari memakai celana hingga aktivitas seksual.

Pendekatan Terapi: Sama-Sama Kompleks, Tapi Tidak Identik

1. Terapi Non-Farmakologis

  • Penurunan berat badan: sangat efektif untuk OA lutut; pengaruhnya lebih kecil pada OA pinggul.

  • Latihan: fisioterapi yang memperkuat otot paha (untuk lutut) atau otot gluteal (untuk pinggul) dapat mengurangi nyeri dan meningkatkan fungsi.

  • Alat bantu: seperti tongkat, brace lutut, atau alas kaki khusus.

2. Terapi Farmakologis

  • Obat antiinflamasi non-steroid (NSAID) digunakan untuk keduanya.

  • Topikal NSAID lebih efektif untuk lutut dibanding pinggul karena letaknya lebih superficial.

  • Suplemen glukosamin dan kondroitin masih kontroversial, lebih sering dipakai untuk OA lutut.

3. Suntikan Intraartikular

  • Kortikosteroid disuntikkan langsung ke sendi, dengan hasil yang lebih konsisten pada lutut dibanding pinggul.

  • Suntikan asam hialuronat lebih banyak digunakan pada OA lutut meski efektivitasnya diperdebatkan.

  • Akses ke sendi pinggul lebih sulit dan sering memerlukan panduan pencitraan.

4. Pembedahan

  • Osteoartritis Lutut: prosedur seperti osteotomi atau artroplasti total (penggantian sendi lutut) umum dilakukan pada stadium lanjut.

  • Osteoartritis Pinggul: artroplasti total pinggul sangat berhasil dan memberikan hasil fungsional yang baik, tapi lebih teknis dan mahal.

Menariknya, pasien dengan OA pinggul yang menjalani operasi penggantian sendi cenderung lebih puas dibanding pasien OA lutut, karena perbaikan nyerinya lebih signifikan.

Psikologi dan Kualitas Hidup

Studi menunjukkan bahwa OA lutut sering lebih berhubungan dengan depresi dan gangguan tidur dibanding OA pinggul, terutama karena nyeri kronis dan keterbatasan aktivitas sehari-hari yang lebih terasa sejak dini. Sebaliknya, OA pinggul lebih sering berdampak pada aktivitas yang memerlukan mobilitas fleksibel seperti berpakaian atau berkendara.

Masa Depan: Menuju Terapi yang Lebih Personal

Dengan kemajuan ilmu pengetahuan, pemahaman kita terhadap OA semakin dalam. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa OA bukan sekadar "aus dan rusak" tetapi juga melibatkan peradangan kronis tingkat rendah dan perubahan pada seluruh jaringan sendi: tulang, tulang rawan, sinovium, dan otot.

Kini, pendekatan "satu obat untuk semua OA" mulai ditinggalkan. Para peneliti mulai mengembangkan terapi berbasis profil pasien: jenis kelamin, berat badan, bentuk sendi, hingga biomarker inflamasi. Bahkan, regenerasi tulang rawan dengan terapi sel punca (stem cell) dan injeksi platelet-rich plasma (PRP) tengah dieksplorasi.

Kesimpulan: Serupa Tapi Tak Sama

Meskipun osteoartritis pinggul dan lutut sama-sama menyiksa, cara mereka berkembang, menyerang, dan ditangani memiliki banyak perbedaan mendasar. OA lutut lebih terasa dalam kehidupan sehari-hari sejak dini, dipengaruhi berat badan, dan merespon baik terapi topikal atau suntikan. Sebaliknya, OA pinggul mungkin lebih tersembunyi di awal, sering salah didiagnosis, tetapi lebih dramatis dampaknya saat sudah lanjut.

Memahami perbedaan ini sangat penting---bukan hanya bagi dokter, tapi juga bagi pasien. Dengan pengetahuan yang tepat, kita bisa memilih terapi yang lebih efektif, mencegah disabilitas lebih awal, dan menjaga kualitas hidup lebih baik di tengah perjalanan waktu.

Referensi:

  1. Loeser RF, et al. Osteoarthritis: A disease of the joint as an organ. Arthritis & Rheumatology, 2012.

  2. Zhang W, et al. OARSI recommendations for the management of hip and knee osteoarthritis. Osteoarthritis and Cartilage, 2010.

  3. Neogi T. The epidemiology and impact of pain in osteoarthritis. Osteoarthritis and Cartilage, 2013.

  4. Hunter DJ, Bierma-Zeinstra S. Osteoarthritis. Lancet, 2019.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun