Pantai yang indah di pulau Timor membuat saya terpesona, ingin menikmati deburan ombak sambil bermain pasir.
Namun, teman saya mengingatkan bahwa pantai di sini banyak dihuni buaya, sehingga perlu berhati-hati saat berenang. Tentu saja, ini berbeda dengan pantai di Bali yang menjadi objek wisata, di mana tidak ada ancaman buaya seperti di Timor, di mana sering terjadi konflik antara buaya dan manusia.
Walaupun aman salah satu pantai Di Bali, pernah disambangi seokor buaya, tepatnya  pada 4 Januari tahun 2024 ini, seekor  buaya muara sepanjang tiga meter muncul ke permukaan dan naik ke pantai Legian. Buaya tersebut akhirnya diamankan oleh petugas balawisata pantai bersama warga setempat, dan diserahkan kepada BKSDA Bali.Meskipun hal ini biasa terjadi, yang membuatnya menarik adalah lokasi kemunculannya di Pantai Legian, salah satu tempat wisata favorit di Bali, cukup membuat cemas dan gelisah. Walaupun demikian pihak otoritas telah siaga kalau terjadi kemungkinan lain.  (https://theconversation.com/)
Ada analisis  bahwa buaya yang kembali ke Bali berasal dari Australia, berdasarkan peta yang ada. Namun, saat ini belum ada bukti yang menunjukkan perpindahan buaya yang signifikan antara Australia dan Indonesia. Hanya buaya yang sangat berani yang mungkin akan berenang lebih dari seribu kilometer dari Australia ke Bali, dan itu jarang terjadi.
Kemungkinan yang lebih realistis adalah bahwa buaya-buaya tersebut berasal dari daerah sekitar---meskipun analisis genetik masih diperlukan untuk memastikannya. Hal ini karena populasi buaya yang masih ada saat ini lebih dekat dengan Bali dibandingkan Australia.
Untuk Bali dan Lombok, buaya kemungkinan besar berpindah dari pulau-pulau di sebelah timur seperti Flores, Lembata, Sumba, dan Timor.
Sedangkan, kedatangan buaya di Jawa kemungkinan besar berasal dari Sumatra bagian selatan, yang hanya berjarak kurang dari 30 km dari Pulau Jawa. Kawasan ini memang sudah lama dikenal sebagai daerah rawan serangan buaya.
Konflik antara buaya dan manusia di Indonesia menduduki peringkat tertinggi di dunia. Tiga provinsi di Indonesia memiliki kasus-kasus menonjol, beberapa di antaranya berakhir dengan kematian. "Indonesia memiliki jumlah kasus konflik antara buaya dan manusia tertinggi di dunia, diikuti oleh Malaysia dan India," ujar Bayu Nanda, Peneliti Garda Animalia, dalam diskusi publik di Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung, Rabu (28/2/2024). Dari 2014 hingga 2023, tercatat 475 kasus di Indonesia, sedangkan Malaysia mengalami 123 kasus dan India 57 kasus. Secara nasional, provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki jumlah konflik terbanyak dengan 104 kasus, diikuti oleh Kalimantan Timur dengan 83 kasus dan Bangka Belitung dengan 67 kasus.(Kompas.com)
Dalam artikel ini, akan diungkapkan selayang pandang buaya, dan prilakunya, serta sebab-sebab mengapa buaya berkonflik dengan manusia.
SELAYANG PANDANG BUAYA