Mohon tunggu...
Nurul Erika Putri Siregar
Nurul Erika Putri Siregar Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa/UIN SUMATERA UTARA

Saya seorang mahasiswa yang mempunyai hobi yang terkait pada foto dan video, saya kuliah di UIN SUMATERA UTARA. Usia saya 20 tahun

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Menganalisis Model Pembelajaran dan Cara Berpikir Komputasi dalam Matematika serta dalam Memecahkan Masalah

4 Juli 2022   18:45 Diperbarui: 4 Juli 2022   18:52 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Nurul Erika Putri Siregar 

Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan 

Universitas Islam Negeri Sumatera Utara 

Email : nurul.regar2108@gmail.com 

ABSTRAK 

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan studi tentang proses berpikir komputasi pembelajaran matematika. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan. Data yang diperoleh adalah publikasi artikel penelitian dalam jurnal ilmiah. Analisis data mencakup tiga tahap: mengatur, mensintesis, dan mengidenti kasi. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa matematika adalah pelajaran yang dapat memperkenalkan dan mengembangkan keterampilan berpikir komputasi kepada siswa. 


Dari hal penelitian ini dengan tujuan yaitu untuk memberikan pembelajaran tentang sebuah proses dalam berpikir kritis dari komputasi pada matematika. Dan dari penelitian ini metode yang digunakan yaitu metode penelitian kepustakaan. Dari hasil data yang didapatkan adalah publikasi dari sebuah artikel penelitian dalam bentuk jurnal ilmiah. Analisis data terbentuk dari tiga tahap yaitu: mengatur, mensintesis, dan mengidentifikasi. Berdasarkan dari hasil analisis diperoleh bahwa matematika adalah pelajaran yang dapat memperkenalkan dan mengembangkan keterampilan berpikir berdasarkan kepada siswa. 

Kata kunci: Berpikir, kritis, Matematika. 

ABSTRACT 

The purpose of this study is to provide a study of the computational thinking process of learning mathematics. This research uses library research method. The data obtained is the publication of research articles in scientific journals. Data analysis includes three stages: organizing, synthesizing, and identifying. Based on the results of the analysis, it was found that mathematics is a subject that can introduce and develop computational thinking skills to students. 

From this research with the aim of providing learning about a process in critical thinking from computing in mathematics. And from this research, the method used is library research method. From the results of the data obtained is the publication of a research article in the form of a scientific journal. Data analysis consists of three stages, namely: organizing, synthesizing, and identifying. Based on the results of the analysis obtained that mathematics is a lesson that can introduce and develop thinking skills based on students.

Keywords: Thinking, critical, Mathematics

PENDAHULUAN 

Sudah dari munculnya istilah "Revolusi Industri" 4.0 di abad 21 ini, kita bisa melihatnya dengan tanda-tanda masifnya perkembangan teknologi dan informasi. Oleh karena itu, permasalahan ini menuntut dunia pendidikan untuk dapat merancang kurikulum dan pembelajaran agar peserta didik memiliki keterampilan untuk berdaya saing secara utuh. Salah satu keterampilan yang mendukung perkembangan teknologi dan informasi adalah kemampuan berpikir komputasional. 

Computational thinking memiliki arti yaitu suatu cara bagi kita untuk mencari solusi permasalahan dari input data menggunakan al-Ahmad dengan menerapkan teknik-teknik yang digunakan software dalam penulisan program. Tetapi tidak berpikir seperti komputer, tetapi komputasi dalam arti berpikir untuk merumuskan masalah dalam bentuk masalah komputasi dan menyusun solusi komputasi yang baik (dalam bentuk) suatu algoritma atau menjelaskan mengapa solusi yang sesuai tidak ditemukan. 

Menurut pendapat di atas, jelas bahwa berpikir komputasional sangat penting bagi siswa di abad ke-21. Enam tahun lalu, pemerintah Inggris telah memberikan arti penting pada kemampuan berpikir dalam komputasi. Sehingga siswa di SD dan SMP sudah mendapatkan materi pemrograman. Ini bertujuan bukan untuk menghasilkan programmer tetapi untuk memperkenalkan dan mengembangkan keterampilan berpikir komputasional mereka. Mereka tidak percaya kemampuan ini dapat membuat siswa lebih pintar dan lebih cepat memahami teknologi di sekitar mereka. Pertanyaannya apakah thinking computing hanya bisa diketahui pada mata pelajaran komputer atau pemrograman?, tentu jawabannya tidak. Computational Thinking adalah proses berpikir yang didasarkan pada ilmu komputer tetapi dapat diterapkan dalam disiplin ilmu lain. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dijelaskan lebih lanjut tentang konsep dan indikator penilaian serta bagaimana memperkenalkan proses berpikir komputasional dalam pembelajaran matematika.

Dalam kaitannya dengan pelajaran matematika di sekolah, pola bilangan merupakan salah satu materi yang diajarkan kepada siswa SMP. Berdasarkan kurikulum 2013, salah satu aspek yang dipelajari dalam materi pola bilangan adalah memecahkan masalah yang berkaitan dengan pola bilangan. Selain itu, pola bilangan juga dapat digunakan untuk mengasah kemampuan berpikir siswa. Anno (dalam Marion et al, 2015) menyatakan bahwa pembelajaran pada materi pola bilangan dapat menggali kemampuan berpikir siswa. Marion (2015) berpendapat bahwa pembelajaran pada materi pola bilangan sangat penting, karena merupakan kegiatan matematika yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Selain itu materi pola bilangan juga dapat dimodifikasi menjadi suatu jenis masalah pemecahan masalah matematis, sehingga dalam penggunaannya diharapkan dapat melihat proses berpikir komputasional siswa SMP. 

Salah satu faktor yang tidak kalah pentingnya ketika belajar di kelas adalah faktor jenis kelamin siswa. Siswa laki-laki dan perempuan tentunya memiliki perbedaan kognitif dan mempengaruhi kemampuan siswa saat belajar, sehingga siswa laki-laki dan perempuan tentunya memiliki banyak perbedaan dalam menyelesaikan suatu masalah matematika. Arends (2008) menjelaskan bahwa terdapat perbedaan kognitif antara laki-laki dan perempuan, termasuk dalam menyelesaikan masalah pemecahan masalah matematis. Dari perbedaan cara berpikir tersebut tentunya akan mempengaruhi proses berpikir komputasional siswa laki-laki dan perempuan dalam menyelesaikan masalah pola bilangan. Salah satu penelitian terdahulu yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Mufida (2018) yang berjudul "Profil Berpikir Komputasional dalam Memecahkan Tugas Berbasis Kecerdasan Logika Matematika Siswa". 

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengkaji bagaimana proses berpikir komputasional siswa SMP dalam menyelesaikan masalah pola bilangan ditinjau dari perbedaan gender.

METODE 

Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini dirancang untuk memahami dan mendeskripsikan suatu fenomena yang dialami dengan cara mendeskripsikannya dengan kata-kata dan bahasa. Data yang diuraikan merupakan data kualitatif tentang proses berpikir komputasional siswa SMP dalam menyelesaikan masalah pola bilangan ditinjau dari perbedaan gender. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar Tes Kemampuan Matematika (TKM), lembar Tes Pemecahan Masalah Matematika (TPM), dan pedoman wawancara yang telah dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru mata pelajaran matematika. 

Setelah itu, hasil tes kemampuan matematika dikategorikan ke dalam kategori kemampuan matematika tinggi, sedang, dan rendah. Kemudian dipilih dua siswa dengan kemampuan matematika yang sama tinggi, satu siswa laki-laki dan satu siswa perempuan. Kedua siswa tersebut kemudian diberikan lembar tes pemecahan masalah dengan waktu kerja 60 menit, kemudian dilakukan wawancara untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam tentang proses berpikir komputasional siswa SMP dalam menyelesaikan masalah pola bilangan. Wawancara yang digunakan adalah wawancara semi terstruktur, yang lebih independen daripada wawancara terstruktur. 

HASIL DAN PEMBAHASAN 

Berikut ada contoh penyajian dari hasil tes kemampuan matematika dari siswa.  

Kategori Kemampuan Matematika Skor Tes Laki-laki Perempuan Tinggi 80 x 100 1 5 Sedang 60 x < 80 5 15 Rendah 0 x < 60 7 4 Keterangan x adalah nilai tes kemampuan matematika.

Dari kategori kemampuan matematis di atas, kemudian dipilih dua siswa dengan kemampuan matematika tinggi, satu siswa laki-laki dan satu siswa perempuan, dan mereka dikonsultasikan dengan guru mata pelajaran mengenai kemampuan komunikasi siswa. 

Berikut rincian subjek penelitian yang dipilih dalam penelitian ini.  

No. Inisial Siswa Skor Jenis Kelamin Kemampuan Matematika 1. NRL 96 P Tinggi 2. MZR 91 L Tinggi Untuk mempermudah penyajian transkrip wawancara, digunakan beberapa kode yang dapat mewakili peneliti dan subjek-subjek yang terpilih. 

A. HASIL PENELITIAN 

Berikut hasil analisis data proses berpikir komputasi siswa SMP laki-laki dan perempuan dalam memecahkan masalah pola bilangan.

Danin Bakery menawarkan beberapa paket kue spesial yang menarik hari ini, karena hari ini adalah ulang tahun ke-7 Danin Bakery. Di ulang tahunnya yang ke 7 ini, Danin Bakery menawarkan 7 paket kue yang menarik. Paket kue yang ditawarkan adalah, paket A terdiri dari satu kue dengan satu buah ceri, paket B terdiri dari dua kue dengan dua buah ceri untuk setiap kue, paket C terdiri dari tiga kue dengan tiga buah ceri untuk setiap kue, dan seterusnya. Tidak hanya itu, Danin Bakery juga memberikan bonus cake untuk pembelian mulai dari paket B. Untuk setiap pembelian paket B, kamu akan mendapatkan bonus tambahan satu cake dengan satu cherry. Pembelian paket C, bonus tambahan yang diberikan adalah satu kue dengan dua buah ceri. Pembelian paket D, bonus tambahan yang diberikan adalah satu kue dengan tiga buah ceri, dan seterusnya. Saat itu Arya ingin membeli kue paket E, berapa buah yang didapat Arya untuk paket kue tersebut? Bagaimana Anda mendapatkan jawaban itu? Jelaskan secara rinci!

 1. Proses berpikir komputasi siswa SMP laki-laki berkemampuan matematika tinggi dalam memecahkan masalah pola bilangan

Berdasarkan uraian jawaban siswa laki-laki tersebut, peneliti melakukan wawancara untuk menggali informasi lebih mendalam tentang proses berpikir komputasional siswa lakilaki dalam menyelesaikan masalah pola bilangan.

 a. Proses pada Keterampilan Dekomposisi 

Ps-001 : How do you identify the information from the problem solving problem? 

SMt-001: I've read it over and over again, Sis, then I write it down on the answer sheet that is known and asked. 

Berdasarkan hasil kerja dan hasil wawancara yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa pada proses dekomposisi, siswa laki-laki memilih untuk membaca berulang-ulang soal pemecahan masalah untuk mengidentifikasi informasi penting yang disajikan, kemudian menuliskan informasi penting pada lembar jawaban. 

b. Proses pada Keterampilan Pengenalan Pola 

Ps-002 : What do you do in solving the problem? 

SMt-002 : At first I was confused, Sis, I just made columns and rows so that it would be easier for me to do it PS-003 : Can you explain? (while pointing to the answer sheet) 

SMt-003 : First, Sis, I made columns and rows to separate the packages, cakes, cherries and bonuses, so I don't get confused, Sis. Then, I write down what packages there are, then I write down in all the columns for each package with the number of cakes, the number of cherries and no bonus. Because this is related to the number pattern, then I assume each package with a number pattern. Package A is the first number pattern, in package A you get one cake with one cherry. For example, package B has the pattern of number 2, in package B I get two cakes with two cherries for each cake, so package B gets four cherries. Because there are additional bonuses starting from purchasing package B, for package B you get a bonus of one cake and one cherry, so purchasing package B gets five cherries. For package C, for example number 3, in package C I get three cakes with three cherries for each cake, so the total cherries I get is nine. Package C gets an additional bonus of two cherries, so the total cherries obtained in package C is eleven cherries.

Pn-004 Try to explain the conclusion on how to find out how many cherries you get for every purchase of the package! 

SLt-004 : In conclusion, because it is related to number pattern, then I assume each packet with variable n, so n is the number pattern k-1 to 7th. So to find out the number of cherries in each package, I raise n to the power of two, then I add n and minus one. 

Ps-002 : Apa yang kamu lakukan dalam menyelesaikan soal tersebut?

SMt-002 : Awalnya saya bingung Kak, saya buat kolom dan baris saja biar lebih mudah buat saya 

PS-003 : Bisa dijelaskan? (sambil menunjuk lembar jawaban) 

SMt-003 : Pertama, Kak, saya buat kolom dan baris untuk memisahkan paket, kue, ceri, dan bonus, jadi saya tidak bingung, Kak. Lalu, saya tulis paket apa saja yang ada, lalu saya tulis di semua kolom untuk setiap paket dengan jumlah kue, jumlah ceri dan tidak ada bonus. Karena ini berkaitan dengan pola angka, maka saya asumsikan setiap paket dengan pola angka. Paket A adalah pola angka pertama, di paket A Anda mendapatkan satu kue dengan satu buah ceri. Misalnya paket B berpola angka 2, pada paket B saya mendapatkan dua kue dengan masing-masing kue dua buah ceri, jadi paket B mendapat empat buah ceri. Karena ada bonus tambahan mulai dari pembelian paket B, untuk paket B dapat bonus 1 kue dan 1 buah cherry, jadi pembelian paket B dapat 5 buah cherry. Untuk paket C misal nomor 3, pada paket C saya mendapatkan tiga buah kue dengan masing-masing tiga buah ceri, jadi total buah ceri yang saya dapatkan adalah sembilan. Paket C mendapat bonus tambahan dua buah ceri, sehingga total ceri yang diperoleh di paket C adalah sebelas ceri. 

Pn-004 Coba jelaskan kesimpulan bagaimana cara mengetahui berapa buah cherry yang kamu dapatkan untuk setiap pembelian paket! 

SLt-004 : Kesimpulannya, karena berhubungan dengan pola bilangan, maka saya asumsikan setiap paket dengan variabel n, jadi n adalah pola bilangan k-1 sampai ke-7. Jadi untuk mengetahui jumlah buah ceri dalam setiap paket, saya naikkan n pangkat dua, lalu saya tambahkan n dan dikurangi satu. Berdasarkan hasil kerja dan hasil wawancara yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa dalam proses pengenalan pola siswa laki-laki pada awalnya mengalami kebingungan, sehingga akhirnya mereka memutuskan untuk membuat kolom dan baris yang kemudian diisi dengan paket kue beserta jumlah buah ceri yang didapat. pada setiap pembelian paket kue. Selanjutnya, asumsikan setiap paket dengan pola angka. Kemudian mengidentifikasi pola untuk membangun pola penyelesaian masalah pemecahan masalah yaitu n pangkat dua, kemudian menambah n dan mengurangi 1. Dan terakhir memeriksa pola penyelesaian yang telah dikenali.  

c. Proses pada Keterampilan Berpikir Algoritma 

Ps-005 : Katakan padaku, apa langkahmu untuk mengetahui berapa banyak ceri yang didapat Arya untuk pembelian paket E! SMt

005 : Jadi ini Kak, karena Arya membeli kue paket E, pola angka yang terbentuk adalah pola angka ke-5 Kak. 

PS-006 : Ya, dek selanjutnya? 

SMt-006 Selanjutnya Kak, lima dikalikan dua, lalu lima, lalu dikurangi satu, Kak. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, terlihat bahwa dalam proses berpikir algoritma siswa laki-laki menyebutkan langkah-langkah logis dalam menjawab soal pemecahan masalah yang disajikan dan sesuai dengan pola penyelesaian yang dikenali sebelumnya. 

d. Proses pada Keterampilan Generalisasi Pola dan Abstraksi 

Ps-006 : Coba kamu sebutkan pola umum/rumus umum dari soal pemecahan masalah tersebut! 

SMt-006 : Rumus yang didapatkan dari soal pemecahan masalah tersebut ialah N 2+N1. Ps-007 : Apakah penulisan variabel menggunakan huruf besar? 

SMt-007 : Emmm, salah ya kak? Seharusnya menggunakan huruf kecil kak. Hehe 

Ps-008 : Coba disebutkan dengan lengkap. 

SMt-008 : Jadi rumus umumnya ialah, Un = n2+n-1, dan n merupakan pola bilangan yang terbentuk. 

Ps-009 : Coba sebutkan apakah jawaban yang kamu peroleh dari soal pemecahan masalah tersebut? 

SMt-009 : U5 = 5+ 5 -- 1 = 25 + 4 = 29 

Berdasarkan hasil pekerjaan dan hasil wawancara yang telah dilakukan, terlihat bahwa dalam proses generalisasi pola dan abstraksi siswa laki-laki menyebutkan rumus umum dari soal pemecahan masalah yang sesuai dengan pola yang telah dikenali sebelumnya, meskipun dalam penulisan rumus umum masih kurang tepat, tetapi telah dibenarkan saat proses wawancara berlangsung. Siswa laki-laki menarik kesimpulan berupa jawaban dari soal pemecahan masalah dengan menggunakan rumus umum yang ditemukan.

2. Proses berpikir komputasi siswa SMP perempuan berkemampuan matematika tinggi dalam memecahkan masalah pola bilangan 

Berdasarkan uraian jawaban mahasiswi tersebut, peneliti melakukan wawancara untuk menggali informasi lebih mendalam tentang proses berpikir komputasional mahasiswi dalam menyelesaikan masalah pola bilangan. 

a. Proses pada Keterampilan Dekomposisi 

Ps-001 : Bagaimana Anda dapat mengidentifikasi informasi yang terkandung dalam masalah pemecahan masalah? 

SGt-001 : Saya baca kak soalnya sambil menggaris bawahi yang diketahui dan yang ditanyakan. 

Berdasarkan hasil kerja dan hasil wawancara yang telah dilakukan, terlihat bahwa pada proses dekomposisi, mahasiswi memilih untuk membaca soal-soal pemecahan masalah sambil menggarisbawahi informasi penting berupa informasi yang diketahui dan diminta untuk mengidentifikasi. informasi penting yang disajikan, kemudian tuliskan informasi penting tersebut pada lembar jawaban.

b. Proses pada Keterampilan Pengenalan Pola 

Ps-002 : Apa yang kamu lakukan dalam mengerjakan soal pemecahan masalah tersebut? 

SGt-002 : Pertama Kak, saya asumsikan tiap paket ada pola nomornya, lalu saya pisahkan tiap paket kue yang ada, lalu saya tulis jumlah kue dan jumlah buah ceri yang saya dapatkan untuk setiap pembelian paket, seperti ini Kak (subjek menunjuk ke lembar jawaban). 

Ps-003 : Coba kamu jelaskan apakah ada keterkaitan antara setiap paketnya dengan jumlah ceri yang diperoleh!

SGt-003 : Jadi begini Kak, pertama saya asumsikan paket A, B, C, D hingga G menjadi yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya, Kak. Jadi, untuk pola pertama dapatkan satu buah ceri. Pola kedua mendapat empat buah ceri ditambah bonus satu buah ceri. Paket ketiga dapat sembilan buah ceri plus bonus dua buah ceri, dan seterusnya, Kak. 

Ps-004 : Bisakah kamu mengenali pola penyelesaiannya? 

SGt-004 : Jadi kak, awalnya untuk setiap paketnya saya ganti dengan n, lalu kemudian dipangkatkan dua, setelah itu ditambah n lagi, lalu dikurangi satu. 

Berdasarkan hasil kerja dan hasil wawancara yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa dalam proses pengenalan pola, mahasiswi menganggap setiap paket kue dengan pola angka, kemudian memisahkan setiap paket kue yang tersedia dan menggabungkannya dengan jumlah kue dan buah ceri yang diperoleh untuk setiap pembelian paket kue yang memiliki karakteristik yang sama. Kemudian mengidentifikasi pola untuk membangun solusi pemecahan masalah, yaitu dengan mengasumsikan setiap paket dengan n dan pangkat dua, kemudian menambahkan n dan mengurangkan 1. Dan terakhir memeriksa pola penyelesaian yang telah dikenali.

B. PEMBAHASAN 

Berdasarkan analisis data yang telah diuraikan di atas, maka pembahasan mengenai proses berpikir komputasi siswa SMP laki-laki dan perempuan dalam memecahkan masalah pola bilangan, sebagai berikut. 

1. Proses Berpikir Komputasi Siswa SMP Laki-laki dalam Memecahkan Masalah Pola Bilangan 

Pada proses dekomposisi, siswa laki-laki dalam mengidentifikasi informasi yang terdapat dalam pemecahan masalah memilih membaca beberapa soal pemecahan masalah untuk menemukan informasi yang diketahui dan dikembangkan, kemudian menuliskan informasi yang diperoleh pada lembar. Ia juga menjelaskan apakah informasi penting yang disajikan sudah cukup untuk menemukan jawaban atas permasalahan yang disajikan. Dalam proses pengenalan pola, hal pertama yang dia lakukan adalah membuat baris dan kolom untuk memisahkan setiap paket kue dan buah ceri yang terdapat dalam setiap paket, kemudian menganggap setiap paket kue dengan pola nomor, setelah itu mengenali karakteristik yang sama/berbeda untuk membangun. solusi, dan akhirnya menyimpulkan bahwa pola pemecahan masalah pemecahan masalah adalah bahwa untuk setiap paket diasumsikan variabel n, maka solusinya adalah dengan cara n pangkat dua plus dan minus satu. Dia juga memeriksa pola pemukiman yang diketahui. Setelah itu, dalam proses berpikir algoritma ia menyebutkan langkah-langkah logis yang digunakan untuk menyelesaikan solusi dari pemecahan masalah yang disajikan dan sesuai dengan kesimpulan yang diketahui sebelumnya. Pada proses generalisasi pola dan abstraksi dilakukan kegiatan pertama yaitu terkait dan rumusan umum pemecahan masalah dari proses sebelumnya, maka beliau menyatakan bahwa rumus umum pemecahan masalah adalah Un = n2+n-1. Namun dalam proses generalisasi pola, dia menulis variabel n menggunakan huruf kapital, dan memperbaiki kekurangannya saat proses wawancara. Selanjutnya dalam penarikan kesimpulan dari pola umum yang ditemukan dalam pemecahan masalah, ia menggunakan rumus umum yang telah ditemukan sehingga ia memberikan jawaban pemecahan masalah dengan jawaban yang benar, hal ini sesuai dengan pendapat Nurman (2008) bahwa siswa dengan kemampuan matematika yang tinggi lebih mampu menyelesaikan masalah dengan baik.

Secara keseluruhan siswa SMP laki-laki dalam proses penyelesaian soal matematika bilangan menggunakan empat aspek keterampilan berpikir komputasionalnya, hal ini sesuai dengan pendapat Ioannidou (2011) yang menyatakan bahwa ada empat aspek keterampilan berpikir dalam menyelesaikan suatu masalah. . Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Alfina (2017) yang menyatakan bahwa pemikiran siswa dalam menyelesaikan masalah matematika menggunakan seluruh aspek kemampuan berpikir komputasional. Walaupun ada tahapan dimana siswa SMP laki-laki mengalami kesulitan dalam menyampaikan alasan dalam proses penyelesaian soal pola bilangan yang disajikan, kemungkinan siswa SMP laki-laki kurang yakin dengan alternatif jawaban yang mereka buat, saat mengungkapkan pemikirannya. proses membutuhkan beberapa pertanyaan Arahan untuk mendapatkan jawaban yang sesuai. 

2. Proses Berpikir Komputasi Siswa SMP Perempuan dalam Memecahkan Masalah Pola Bilangan 

Pada proses dekomposisi, siswi SMP dalam mengidentifikasi informasi yang diketahui dan ditanyakan dari soal pemecahan masalah memilih untuk membaca soal pemecahan masalah sambil menggarisbawahi informasi yang diketahui dan ditanyakan, kemudian menuliskan informasi tersebut pada lembar jawaban sendiri. bahasa, hal ini sesuai dengan pendapat Arifin. dan Bharata (2017) yang menyatakan bahwa mahasiswi cenderung menuliskan apa yang mereka pahami. Dalam proses pengenalan pola, pertama dia mengasumsikan setiap paket dengan pola nomor, kemudian memisahkan setiap paket kue dan menuliskan jumlah ceri yang dia dapatkan untuk setiap pembelian paket kue, setelah itu dia mengenali karakteristik yang sama/berbeda untuk membangun pemecahan masalah pemecahan masalah, kemudian disimpulkan bahwa pola pemecahan masalah pemecahan masalah adalah untuk setiap paket diasumsikan variabel n, maka solusinya adalah dengan menaikkan n pangkat dua dan kemudian menambahkan n dan dikurangi satu, akhirnya para siswi SLTP mengecek kembali apakah kesimpulan pola penyelesaian yang diperoleh berlaku untuk setiap paket kue yang ada. Selain itu, dalam proses berpikir algoritmik ia menyebutkan langkah-langkah logis yang digunakan untuk menyusun solusi dari masalah pemecahan masalah yang disajikan dan sesuai dengan kesimpulan dari pola yang dikenali sebelumnya. Dalam proses generalisasi pola dan abstraksi, ia terlebih dahulu menghubungkan dan menyimpulkan rumus umum dari proses pengenalan pola sebelumnya, sehingga menyatakan bahwa rumus umum untuk pemecahan masalah adalah Un = n2+n-1. 

Selanjutnya ia menarik kesimpulan dari pola umum yang terdapat dalam pemecahan masalah yang disajikan dengan menggunakan rumus umum yang telah diperoleh, sehingga ia menyimpulkan jawaban atas pertanyaan pemecahan masalah yang disajikan dengan benar, hal ini sesuai dengan Nurman (2008). berpendapat bahwa siswa yang mampu matematika lebih tinggi lebih mampu menyelesaikan masalah pemecahan masalah dengan benar. Secara keseluruhan, siswa perempuan SMP menyelesaikan masalah pola bilangan menggunakan empat aspek kemampuan berpikir komputasional mereka. Hal ini sesuai dengan pendapat Ioannidou (2011) bahwa ada empat aspek kemampuan berpikir komputasional dalam menyelesaikan suatu masalah matematika. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Alfina (2017) yang menyatakan bahwa berpikir komputasional mahasiswi dalam menyelesaikan masalah matematika menggunakan semua aspek kemampuan berpikir komputasional. 

KESIMPULAN 

1. Proses berpikir komputasional siswa laki-laki SMP dalam menyelesaikan masalah pola bilangan, sebagai berikut: 

(1) pada proses dekomposisi, siswa laki-laki memilih untuk membaca beberapa soal pemecahan masalah, kemudian dapat mengidentifikasi informasi yang diketahui dan ditanyakan dari pemecahan masalah masalah yang disajikan dan kemudian menuliskan informasi penting pada lembar jawaban. 

(2) pada proses pengenalan pola, siswa laki-laki membuat kolom dan baris yang kemudian diisi dengan paket kue beserta jumlah buah ceri yang diperoleh untuk setiap pembelian paket kue. Selanjutnya, asumsikan setiap paket dengan pola angka. Kemudian mengenali pola dalam pemecahan masalah untuk membangun solusi, dan terakhir memeriksa pola penyelesaian yang telah dikenali.

(3) dalam proses berpikir algoritmik, siswa laki-laki menyebutkan langkah-langkah logis dalam menjawab soal-soal pemecahan masalah yang disajikan dan sesuai dengan pola penyelesaian yang telah dikenali sebelumnya. 

(4) dalam proses generalisasi pola dan abstraksi, siswa laki-laki menyebutkan rumus umum pemecahan masalah yang sesuai dengan pola yang telah diketahui sebelumnya, walaupun dalam penulisan rumus umum masih kurang tepat, telah dibenarkan pada saat wawancara proses. Siswa laki-laki menarik kesimpulan berupa jawaban atas pertanyaan pemecahan masalah dengan menggunakan rumus umum yang ditemukan. 

2. Proses berpikir komputasional siswi SMP dalam menyelesaikan masalah pola bilangan, sebagai berikut: 

(1) pada proses dekomposisi, siswi membaca soal pemecahan masalah sambil menggarisbawahi informasi penting yang diketahui dan ditanyakan dari soal pemecahan masalah, kemudian menulis informasi penting pada lembar. menjawab. 

(2) dalam proses pengenalan pola, mahasiswi mengasumsikan setiap paket kue dengan pola nomor, kemudian memisahkan setiap paket kue yang tersedia dan menggabungkannya dengan jumlah kue dan ceri yang diperoleh untuk setiap pembelian paket kue. Kemudian mengidentifikasi pola dalam rangka membangun solusi pemecahan masalah, dan terakhir memeriksa pola permukiman yang telah dikenali. 

(3) dalam proses berpikir algoritmik, mahasiswi menyebutkan langkah-langkah logis dalam menjawab soal-soal pemecahan masalah yang disajikan dan sesuai dengan pola penyelesaian yang telah dikenali sebelumnya. 

(4) dalam proses generalisasi pola dan abstraksi, mahasiswi menyebutkan rumus umum pemecahan masalah yang sesuai dengan pola yang telah diketahui sebelumnya, dan menarik kesimpulan berupa jawaban atas pertanyaan pemecahan masalah dengan menggunakan rumus umum yang ditemukan.

DAFTAR PUSTAKA 

[1] Arends. 2008. Learning to Teach. Yogyakarta: Pustaka Belajar. 

[2] NSTA, C. S. (2011). Computational Thinnking Teacher Resource., Nasional Science Foundation Under Grant. 

[3] Denning, P., & Matti, T. 2019. Computational Thinking. United State: Library of Congress Under Grant. 

[4] Richardo, R. (2020). Berpikir Komputasi Dalam Pembelajaran Matematika. LITERASI,11(1), 50-56 

[5] Isroil, A., Budayasa, I.K., dan Masriyah. 2017. Profil Berpikir Siswa SMP dalam Menyelesaikan Masalah Pola Bilangan Ditinjau dari Kemampuan Matematika. JRPM, 2017, 2(2), 93-105. 

[6] Marion, dkk. 2015. Desain Pembelajaran Pola Bilangan Menggunakan Model Jaring Laba-Laba Di SMP. Jurnal Kependidikan, Volume 45, Nomor 1, Mei 2015, Halaman 44-61. 

[7] Sholikhah, R.N dan Masriyah. 2019. Proses Berpikir Kreatif Siswa SMP dalam Memecahkan Masalah Matematika Ditinjau dari Tingkat Kemampuan Matematika dan Jenis Kelamin. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 8 No. 2 Tahun 2019 ISSN :2301-9085. 

[8] Susanti, W. (2021). Pembelajaran Aktif, Kreatif, Dan Mandiri Pada Mata Kuliah Algoritma Dan Pemrograman. Yogyakarta: Samudra Biru. 

[9] Octavia, Shilpy. (2020). Model-model Pembelajaran. Yogyakarta: Budi Utama. 

[10] Malik, S dkk. (2017). Peningkatan Kemampuan Berpikir Komputasi Siswa Melalui Multimedia Interaktif Berbasis Model Quantum Teaching and Learning. Universitas Pendidikan Indonesia. 

[11] Wing, J. (2011). Computational thinking. New York City: Association for Computing Machinery 

[12] Rock, D. & Brumbaugh. 2013. Teaching Secondary Mathematics. New York: Routlegde Taylor and Francis Group. 

[13] Wahyudin dkk. (2021). Pengaruh Pembelajaran Melalui Unplugged Berbasis Team Assisted Invdividualizition Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Komputasi. PINTER, 5(2).

 [14] Weintrop, D., & dkk. (2015). Defining Computational Thinking for Mathematics and Science Classrooms. J Sci Educ Technol, DOI 10.1007/s10956-015-9581-5 

[15] Nur, Wahyudin. 2019. Strategi Pembelajaran Siswa Aktif Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika. Vol2 dan No.1. Hlm 109-115. 

[16] Wahyu, Kamirsyah. 2016. Alternatif Startegi Pembelajaran Matematika. Beta: Jurnal tadris matematika. Vol. 9 dan No. 1, Hal.89-110. 

[17] Andi, Praswoto. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Tematik: Panduan Lengkap Aplikatif Diva Press.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun