Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Seporsi Timlo antara Memori dan Nutrisi

5 Februari 2023   20:58 Diperbarui: 6 Februari 2023   14:15 1031
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi timlo solo. (Dok. Sajian Sedap)

Isian irisan sosis Solo salah satu isiannya. Kami sering menggantinya dengan telur dadar yang digulung padat. Kemudian diiris melintang. Estetik kuning emas dengan spiral melingkar.

Nah ini yang unik. Ada komponen yang disebut kembang gedang. Pernah saya kira beneran bunga pisang. Ooh bukan, menurut ibu itu bunga sedap malam kering yang diikat simpul. Kini menjadi langka dan sangat jarang digunakan.

Kuah Timlo jernih terasa segar dengan aneka bumbu rempah. Terbuat dari kaldu ayam kampung yang fresh bukan menginap. Bahkan Ibu menambah Langkah menyaring saat hendak disajikan biar tidak terkletus bumbu dan tampil cantik.

Bagian menatanya juga serasa ritual. Kami para emak embak meniru yang Ibu contohkan. Irisan telor ditaruh di tengah piring. Lalu ditata irisan ayam, ati ampela, soun, kapri, wortel, jamur kuping dan kembang gedang. Terlihat paduan warna oranye, hijau, putih, kecoklatan dan keemasan dan bentuk yang apik.

Setelah semua siap. Bergulir ke bagian penyeduh kuah. Lanjut pada penabur kripik kentang. Siap diangsurkan kepada khalayak yang tidak sabar menunggu.

Yuup kami menyajikan dengan model piringan atau mangkuk agak datar diantar per porsi kepada penikmat. Bukan model prasmanan menata sendiri. Ini yang sering diprotes para cucu Ibu karena mereka menghindari sayur dan maunya banyak kriuknya, hehe.

Timlo (Foto: Dok. Primarasa.co.id)
Timlo (Foto: Dok. Primarasa.co.id)

Timlo menjadi sajian andalan yang diboyong oleh anak-anak Ibu di keluarga masing-masing. Merasa bombong bangga kalau Ibu mengangguk melihat tatanan dan mengincipnya. Sajian kalau ada acara di rumah. Kini kalau malas meracik, kami bisa pesan dengan arahan komponen isi, mohon maaf Ibu.

Sayang tidak menyimpan dokumentasi foto, Timlo komplit ala kami. Mengulik dari sediaan di internet ada beberapa yang mirip. Terutama ketiadaan kembang gedang dalam racikan.

Sahabat Kompasiana dapat menikmati Timlo di kota manapun. Biasanya belum afdol kalau ke Solo tanpa menjajal langsung. Banyak restoran besar nyaman penyaji hidangan ini.

Lah kalau mau mencicip Timlo dengan suasana beda, kami ke Timlo Sargede, eh gerai Sastro di pojok belakang kanan Pasar Gede. Awalnya menempati kios mungil. Lalu merambah menambah tenda untuk pengunjung di luar kios. Beneran berkeringat makan Timlo panas berbaur dengan suasana bongkar pasang dagangan pasar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun