Pekarangan mungil sumber inspirasi penulisan yang tiada henti. Kali ini menyoal persembahan anggrek merpati. Wangi memburai di pagi sunyi.
Pojok pekarangan pagi ini tampil berbeda. Ratusan kuntum putih memeluk batang palem. Kuntum yang bertengger dari puluhan tangkai bunga. Berpangkal dari beberapa rumpun menempel pokok batang.
Anggrek Merpati (Dendrobium crumenatum) mekar selalu dinanti. Beberapa hari sebelumnya sudah mengirim warta. Tangkai bunga menjulur mempertontonkan butiran kecil kuncup calon kuntum. Saat kuncup membesar meruahkan warna memutih esok pasti kan mekar.
Munculnya di pagi senyap. Seolah bregada simbol kewibawaan dan kedaulatan prajurit Keraton yang bersiap. Menyambut sapaan para sentana dalem menyambut hari baru.
Dendrobium crumenatum dunia mengenalnya sebagai pigeon orchid kita menyebutnya anggrek merpati. Membentuk rumpun merimbun. Tangkai menjulur penuh dengan bunga membentuk formasi seperti burung merpati sedang terbang.
Saat mekar penuh terlihat seperti kawanan merpati putih berarak terbang. Tampilan kuntumnya, bersepal dan petal putih cemerlang dengan lidah indah berwarna putih kekuningan. Ukuran kuntum yang mungil.
Menikmati wangi merpati mengajarkan menghargai waktu. Mekar di pagi hari makin meriah ke tengah hari. Bila terlupa menghidunya di pagi hari masih tersedia rona wangi di sore harinya.
Waktu malam saatnya kuntum anggrek merpati rehat kembali. Mengatupkan kelopak bunga selamanya. Tampilan esok paginya sudah melayu meski tetap menguar wangi samar.
Terangkum pembelajaran bahwa anggrek merpati hanya mekar sehari dan dipicu oleh perbedaan suhu yang ekstrim semisal hujan deras di musim kemarau. Anggrek merpati mengolah perubahan ekstrim dengan karya. Berdamai adaptasi dengan lingkungan melalui caranya.
Asal anggrek merpati ditengarai dari Asia Tenggara. Anggrek merpati yang memiliki habitat hidup luas dari Indonesia, ke arah Timur yaitu Singapura, Thailan, Filipina, mulai dari dataran rendah hingga pegunungan.
Mudah dijumpai di batang maupun percabangan pohon-pohon di pinggir jalan. Sering menemui menempel di batang pohon angsana, mahoni maupun cemara. Ceceran dibawa pulang ditempelkan di pohon palem pun rambutan tetap hidup. Bisa juga dipelihara secara sengaja pada media pakis.
Bila dicermati rumpunnya, anggrek merpati termasuk dalam kelompok monopodial (salah satu penciri anggrek Dendrobium). Wujud bulb/umbi menggembung di bawah dan pipih di atas serta rajin membentuk keiki/anakan baru. Pengembangbiakannya dapat dilakukan melalui pemisahan bulb, potong keiki maupun melalui biji yang diterbangkan angin atau terbawa oleh burung.
Melongok anggrek merpati menempel di batang pohon, parasitkah dia? Bukan, tumbuhan anggrek ini termasuk golongan epifit. Tukang menempel, yang berasal dari bahasa Yunani epi berarti permukaan atau tutup dan phyton yang berarti pohon atau tumbuhan.
Meski menumpang, anggrek merpati sangat tahu diri tidak menyedot makanan dari inangnya. Anggrek bermartabat, kebutuhan air dicukupi dari hujan, embun ataupun uap air. Kebutuhan unsur hara atau mineral diperoleh dari debu maupun dekomposisi kulit mati batang pohon. Menempel sekaligus berdikari.
Kuntum mungil anggrek merpati engkau meneladankan pada kami meski singkat mekarmu, kenangan semerbak harum wangimu tak terlupakan. Keabadian dalam ketidakabadian. Selamat pagi, selamat berkarya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI