Ndhungkap raina-lesung sumadya. Ndungkap raina, menjelang terang tanah pk 04.30 am kali ini bersama para sahabat, Simbok kembali mengelus lesung .... Hamba sumadya (siap sedia) ...Jendela mulai dibuka bahkan beberapa niyaga (pemain gamelan) untuk ibadah pk 07.30 mulai berdatangan.
Wanodya yu -- kotekan lesung. Pk 06.43 am .... Saatnya generasi menengah para wanodya yu perempuan ayu cantik dari blok Mojowangi berbusana khas, bermusik lesung. Kain jarik bawah lutut, kebaya sesiku dan bercaping selaku simbol busana kerja. Beliau dengan sigap gandhes luwes menggantikan para teruna.
Terjadi estafet bermusik lesung. Para teruna dengan tuntunan maestro. Disambung generasi dewasa dan generasi sepuh yang sasmita tut wuri handayani. Setiap komponen siap legawa berganti peran, layaknya lesung yang berganti peran antar peradaban.
Musik lesung dalam Ibadah Syukur
Pk 07.30 am ..... saatnya ibadah dimulai, jemaat berdiri menyanyi lagu "Lebar Panene" diiringi musik lesung berkolaborasi dengan gamelan. Sementara prosesi pendeta diiringi perwakilan sung pisungsung dari perwakilan masyarakat, elemen Pemerintah Daerah setempat, perwakilan umat antar agama memasuki ruangan. Gaung syukur dikumandangkan...
Lebar Panene
Sampun lebar panene, lalala...lalala...
Sampun minggah pantune, lalala...lalala...
Tabrine tiyang tani pinaringan berkah
Samangke sampun mukti lan ayeming manah
lalala...lalala... lalala...lalala...
[Terjemahan bebas: Usai Panen. Panen tlah usai lalala...lalala... Padi telah dinaikkan (ke lumbung) lalala...lalala... Sawah petani diberkati. Kini telah makmur dan hati sejahtera lalala...lalala...]
Musik lesung sangat dekat dengan kehidupan nyata manusia. Pengetahuan lokal yang terjalin dalam kearifan lokal untuk harmonisasi tatanan alam maupun sosial. Mengusung musik lesung dalam ibadah syukur menjadi media pewartaan pemeliharaan Tuhan pada kehidupan umat-Nya.