Mohon tunggu...
Nahariana P
Nahariana P Mohon Tunggu... -

segelas coklat panas dan sepotong muffin

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

WPC 6-Awan

8 Juni 2012   09:26 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:15 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sore ini adalah sore kesekian sejak peristiwa di bawah 'Ruang Dahlia' itu. Aku mendorong kursi roda yang sama seperti waktu itu, mengelilingi taman, tempat pasien RS Kota untuk menghabisakan waktu jenguk. Beberapa diantaranya sedang 'olahraga', beberapa yang lain bercengkrama dengan 'temannya'.
"Kau nampak cerah hari ini. Aku yakin, ainul yaqin, kau pasti bisa seperti sedia kala." Lalu aku duduk di kursi taman, dekat kursi rodamu berhenti.
"Apa kau bilang, 'pasti'? Kepastian hanya milik Tuhan, Na."
"That's called hope. Dan harapan adalah sebentuk doa. Bukankah Tuhan menjanjikan, barang siapa meminta kepadaNya, Dia akan memberi?"
"Tapi tidak dengan kakiku yang patah ini, Ryena. Bagaimana pun, 'pandangan' kita melihat dunia memiliki jarak. 50 senti ini sangat berarti buatku! Kau tahu, itu."
"Dan 5 senti ini juga sangat berarti bagiku," aku menunjuk high-heelsku. Kau tersenyum. Getir. "Tak ada salahnya kau lihat ke atas. Langit yang kau junjung sama birunya dengan langit dari sudut pandangku. Eksplore kebesaranNya di atas sana maka kau tak akan menemukan jarak 50 senti seperti yang kau takutkan. Atau ... kau bisa menularkan sebagian ilmu yang telah kau kantongi dengan mengajar, mengolah website, pun buku. Lihat koleksi foto-fotomu. Kau bisa menjadikannya gambar ilustrasi. Aku akan selalu berada di belakangmu, mendukungmu."
Hebat! Bagaimana aku menemukan kalimat ini? Aku sendiri tak tahu.
"Apa aku bisa, Na? "
"You are what you think, Awan."
"Aku tak hanya butuh dukunganmu tapi juga bantuanmu."
"Aku siap kapan pun kau butuhkan bantuanku."
"Termasuk mendorong kursi rodaku di sisa usiamu?"
END.

Dan untuk melihat postingan Weekly Photography Challenge, Anda dapat mengunjungi KAMPRETOS.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun